Mohon tunggu...
RM TPA
RM TPA Mohon Tunggu... Belum ada, masih mencari -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Banda Aceh, 12 Agustus 1991 S-1 Pend. Matematika FKIP Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesenian Rapai Meusekat di Nagan Raya

23 April 2016   01:34 Diperbarui: 23 April 2016   02:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Para penari Rapai di Nagan Raya, yang dipimpin oleh Syekh Sofian dan didampingi oleh Syekh Sayuti dan Syekh Anwar, Rabu Malam 23/03/2016"][/caption]Sebulan yang lalu tepatnya tanggal 23/03/2016 hari Rabu saya sedang berjalan-jalan sekaligus menghadiri pesta pernikahan abang sepupu di daerah Nagan Raya. Pada malam sebelum hari H pesta, malamnya malam kamis atau rabu malam digelar acara Rapai Meusekat. Di kawasan Nagan Raya masih ada acara-acara seperti ini dimalam harinya. Sedangkan untuk daerah Aceh lainnya berbeda pula acara yang diselenggarakan.

Saya sangat tertarik untuk menikmati acara seperti karena selain ada unsur budaya dan agamanya. Karena dalam permainan Rapai juga Syekh membawakan syair berisikan ayat-ayat dalam Al-quran maupun tentang Aceh.

“Nanggroe Aceh nyoe .. Umpama payoeng

Tempat lahe loen .. Pulau sumatra “

....

Di atas adalah penggalan syair-syair yang dilantunkan oleh Syek Sofian. Yang bercerita tentang sejarah Aceh. Dimana Aceh adalah seperti payung yang bermaknakan tempat berteduh dari segala hal, dan tempat lahir adalah pulau Sumatra. Jangan lupa bahwa kita anak bangsa untuk melawan belanda pada masa penjajahan.

Yang sangat menarik adalah dimana budaya seperti ini haruslah terus dipelihara karena selain masih menjaga budaya Aceh jadi anak cucu kita kedepan tahu bahwa Aceh masih kaya akan budaya dan kesenian lainnya.

Jangan sampai pada zaman modern dan globalisasi budaya hancur akan perubahan. Memang daerah kota sudah terkontaminasi oleh budaya luar dari Indonesia. Ya memang banyak perubahan di daerah perkotaan yang lebih maju dengan tekhnologi dan internet. Kita tidak bisa salahkan kemajuan tekhnologi tapi kurangnya pengawasan dan bimbingan orang tua menjadikan anak-anak penerus bangsa terkontaminasi oleh budaya luar.

Apalagi anak-anak usia sekolah maupun perkuliahan sangatlah rentan terpengaruh oleh budaya luar karena bisa kita lihat sendiri yang beredar disurat kabar maupun media online lainnya. Anak SD aja sudah berpacaran, belum lagi anak SMA atau SMP berani memposting foto bugil atau setengah bugil.

Sudah seharusnya orang tua, masyarakat dan pemerintah harus sinergi dalam memelihara budaya sebagai jati diri bangsa kita. Seperti halnya Bali, daerah yang masih kental akan budayanya. Walaupun sering kedatangan Turis Asing mereka tetap bisa mempertahankan budaya asli mereka. Dan masih banyak daerah lain di Indonesia yang mempertahankan budaya daerahnya masing-masing. Saya sangat berharap Banda Aceh harus bisa menjaga budayanya dari perubahan Zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun