Mohon tunggu...
Hnsen Mrtha
Hnsen Mrtha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mencari kemenangan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resiko Dari Aktiva Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud

26 September 2024   15:40 Diperbarui: 26 September 2024   15:42 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Jawaban nomer: 07

Dalam dunia keuangan dan akuntansi, aset atau aktiva dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan likuiditas dan jangka waktu penggunaannya. Setiap jenis aktiva memiliki karakteristik dan risiko yang berbeda. Berikut adalah risiko yang terkait dengan aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud:
1. Risiko Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah aset yang mudah dikonversi menjadi uang tunai dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Contoh aktiva lancar termasuk kas, piutang usaha, persediaan, dan surat berharga jangka pendek.
Risiko Aktiva Lancar:
a)Risiko Likuiditas: Aktiva lancar, terutama piutang usaha, dapat menghadapi risiko likuiditas jika pelanggan atau debitur tidak membayar tepat waktu. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
b)Risiko Penurunan Nilai: Persediaan menghadapi risiko penurunan nilai jika barang yang ada tidak laku atau mengalami penurunan harga pasar. Terutama di industri dengan barang yang memiliki masa simpan pendek (seperti teknologi atau produk musiman).
c)Risiko Pasar: Surat berharga jangka pendek, seperti saham atau obligasi yang dimiliki dalam jangka pendek, menghadapi fluktuasi harga pasar yang dapat mengakibatkan kerugian jika harus dijual dalam kondisi pasar yang buruk.
2. Risiko Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah aset yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa depan, yang umumnya melampaui satu tahun. Contohnya adalah investasi saham, obligasi, atau kepemilikan dalam perusahaan lain.
Risiko Investasi Jangka Panjang:
a)Risiko Pasar: Nilai investasi jangka panjang, seperti saham atau obligasi, rentan terhadap fluktuasi pasar. Penurunan ekonomi, suku bunga, atau perubahan kondisi politik dapat menurunkan nilai investasi.
b)Risiko Kredit: Jika investasi dilakukan pada obligasi atau instrumen utang lainnya, ada risiko bahwa penerbit obligasi tidak dapat membayar bunga atau melunasi pokok hutang sesuai jadwal.
c)Risiko Likuiditas: Investasi jangka panjang mungkin sulit dijual dengan cepat tanpa kehilangan nilai signifikan. Ini terutama berlaku pada aset seperti real estate atau saham di perusahaan yang tidak diperdagangkan secara publik.
d)Risiko Valuasi: Valuasi investasi jangka panjang bisa berubah tergantung pada kinerja perusahaan yang diinvestasikan. Misalnya, jika perusahaan tersebut bangkrut atau kinerjanya menurun, nilai investasinya bisa merosot drastis.

3. Risiko Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aset fisik jangka panjang yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam operasi bisnis. Contoh aktiva tetap meliputi bangunan, mesin, dan peralatan.

Risiko Aktiva Tetap:
a)Risiko Penyusutan: Nilai aktiva tetap menurun seiring waktu karena penggunaan (depresiasi). Penyusutan ini akan mempengaruhi laba perusahaan karena beban penyusutan harus dicatat.
b)Risiko Kerusakan: Aktiva tetap, terutama yang berupa peralatan dan mesin, menghadapi risiko kerusakan atau keusangan teknologi. Jika tidak dikelola atau dirawat dengan baik, aktiva tersebut bisa cepat kehilangan nilai atau tidak lagi relevan dalam operasi perusahaan.
c)Risiko Asuransi: Aktiva tetap juga menghadapi risiko yang berhubungan dengan bencana alam atau kecelakaan, seperti kebakaran atau banjir. Jika perusahaan tidak memiliki asuransi yang cukup, ini bisa mengakibatkan kerugian besar.
4. Risiko Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud adalah aset non-fisik yang memberikan manfaat ekonomi di masa depan, seperti hak cipta, paten, goodwill, dan merek dagang.

Risiko Aktiva Tidak Berwujud:
a)Risiko Penurunan Nilai: Aktiva tidak berwujud sering kali dihadapkan pada risiko penurunan nilai jika tidak menghasilkan arus kas atau keuntungan yang diharapkan. Misalnya, nilai goodwill yang terlalu tinggi bisa turun jika perusahaan yang diakuisisi tidak kinerjanya tidak sesuai harapan.
b)Risiko Hukum: Paten, hak cipta, dan merek dagang menghadapi risiko sengketa hukum atau pelanggaran. Jika perusahaan kehilangan hak atas aset-aset ini karena masalah hukum, nilai aktiva tidak berwujud bisa menurun drastis.
c)Risiko Inovasi Teknologi: Aktiva tidak berwujud, seperti paten, menghadapi risiko menjadi usang jika teknologi baru muncul. Perusahaan mungkin harus melakukan inovasi terus-menerus untuk menjaga relevansi paten atau produk yang terkait.

Kesimpulan
Setiap jenis aktiva dalam laporan keuangan memiliki risiko inheren yang berbeda. Manajemen risiko yang baik sangat penting untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan. Perusahaan harus melakukan evaluasi terus-menerus terhadap risiko-risiko yang terkait dengan aset mereka dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang sesuai, seperti asuransi, diversifikasi, atau investasi dalam teknologi dan inovasi yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun