Mohon tunggu...
HIDAYAH RAHMAD
HIDAYAH RAHMAD Mohon Tunggu... Lainnya - -HnR-

Pekerja Profesional dan Interpreter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agenda Orangtua

11 Februari 2021   11:37 Diperbarui: 11 Februari 2021   15:49 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebagai orangtua, adalah krusial untuk menyadari bahwa kita tidak sedang membesarkan 'mini me' melainkan mendampingi seorang anak yang sedang tumbuh dengan signature-nya sendiri."

Kehidupan seorang anak bukanlah milik kita, juga bukan sesuatu yang harus kita miliki dengan cara apa pun. Sehingga penting bagi setiap orangtua untuk mengenali siapa dirinya, dan seperti apakah anak yang dia besarkan. Orangtua dituntut untuk bisa membesarkan anak sesuai potensinya, daripada menyesuaikan anak dengan keinginan orangtuanya.

Lebih Jauh, dalam paragraf lainnya Dr. Tsabary menyentil kita para orangtua, jika sebagian besar dari kita memasuki dunia pengasuhan dengan selalu membawa visi masa depan. Akan tetapi, sebagian besar dari visi tersebut adalah fantasi. Mereka memegang erat keyakinan, nilai, dan asumsi yang tak pernah diujikan. Banyak di antara kita tidak pernah mempertanyakan alasan atas ide-ide yang kita miliki, karena terlanjur merasa yakin "benar" dan tak ada lagi yang perlu dipikirkan ulang.

Saya, dan mungkin sebagian besar dari kita, memasuki perjalanan menjadi orangtua dengan pengetahuan ilmu pengasuhan yang kurang memadai. Pun saya sendiri menyadari akan hal itu. Kita para dewasa terkadang terlalu pongah dengan menempatkan diri kita sebagai orang yang serba tahu---tentang masa depan---di hadapan anak kita. Orangtua sering berdalih bahwa mereka yang paling mengerti, apa yang terbaik untuk anaknya.

Jika kita merasa sukses dengan kehidupan yang kita jalani saat ini, kita sering kali berpikir bahwa masa depan anak kita harus seperti kita juga. Seorang dokter yang sukses bersikeras mengarahkan anaknya untuk menjadi dokter, seorang akademisi handal mendorong anaknya sekuat tenaga menapaki jalan seperti dirinya, dan seterusnya.

Orangtua merasa punya power untuk menjadikan anaknya menjadi seperti yang mereka inginkan. Akan tetapi, kebanyakan mereka melupakan satu hal yang paling penting dan mendasar, yaitu memenuhi hak anak untuk menentukan kehidupan yang ingin dia jalani sesuai potensinya. Ketika anak sudah bisa menentukan jalan hidup, karir, atau apa pun yang ingin dia jalani, dan jika itu baik, tugas orangtua cukup mendukung dan membersamai sampai anak mencapai puncak keberhasilan.

Dalam pengasuhan anak, orangtua seperti memegang kendali atas diri yang berjalan di atas tali, sedikit saja salah dalam merespon situasi, ada resiko besar yang harus ditanggung orangtua, pun juga oleh si anak.

Banyak contoh dampak buruk dari pemaksaan agenda orangtua kepada anak berakhir pada demotivasi anak terhadap setiap apa yang dilakukannya. Potensi anak tidak akan berkembang secara maksimal. Tak jarang menjadikan hubungan orangtua-anak menjadi renggang. Dan resiko terburuknya adalah, anak kehilangan kebahagiaan dalam menjalani kehidupannya.

Ada petuah kuno terkait pengasuhan yang pantas kita renungkan; orangtua dan anak akan mudah menemukan jalan kembali, jika salah satu di antara keduanya tersesat pada jalan atau cara yang jelas letak kesalahanya. Akan tetapi, mereka akan begitu sulit menemukan titik temu di antara dua kebenaran; kebenaran menurut orangtua, dan kebenaran menurut anak. Sialnya, konflik seperti inilah yang sering kali kita hadapi.

Sambil menghabiskan sepotong roti di depan saya sore itu, saya mengingat cerita dua perempuan di cafe itu sambil menata diri. Kepada diri ini, saya berbisik dalam hati;

"Saya adalah hamba yang dipilih oleh Tuhan menjadi orangtua dari anak saya, dengan tujuan untuk membersamainya mewujudkan kehidupan terbaik yang ingin dia jalani."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun