Berani Tidak Disukai adalah salah buku karya penulis Jepang, Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Dua penulis ini mengadopsi nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh salah satu filsuf asal Austria, Alfred Adler. Saya tertarik dengan buku ini karena dalam bukunya terdapat banyak konsep Psikologi Adlerian yang dapat saya aplikasikan terhadap cara pandang saya dalam keseharian. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah ungkapan “Yang penting bukanlah dengan apa seseorang dilahirkan, namun bagaimana dia memanfaatkannya.” Kalimat ini menjadi menarik karena banyak diantara kita sebagai manusia terkadang mengeluh dengan apa yang kita miliki tanpa pernah mau melihat bagaimana cara memanfaatkannya.
Dalam buku dikatakan “Kau ingin menjadi orang lain karena kau berfokus penuh pada pemikiran dengan apa kau dilahirkan. Sebaliknya, kau justru harus berfokus pada bagaimana kau bisa memanfaatkannya.” Disini ditekankan bahwa yang seharusnya kita fokuskan adalah bagaimana cara kita memanfaatkan apa yang sudah kita miliki, dan jangan berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Pernyataan sang filsuf dalam buku ini cukup menyentakkan diriku, karena sering kali membandingkan diri dengan orang lain yang mempunyai kelebihan yang tidak saya punya.
Sayangnya, perilaku membandingkan diri adalah perilaku yang negatif. Karena perilaku ini dapat menimbulkan berbagai perasaan-perasaan negatif seperti kecemasan, stress, perasaan iri dengan pencapaian orang lain, dan tidak fokus dengan tujuan yang dimiliki oleh diri sendiri.
Maka dari itu, salah satu cara yang dapat kita lakukan supaya tidak membandingkan diri dengan orang lain adalah dengan menerima diri apa adanya. Menerima diri adalah keadaan dimana ketika seseorang tidak bisa melakukan sesuatu, dia bisa langsung menerima ‘dirinya tidak mampu’ apa adanya, dan melangkah maju agar bisa melakukan apa yang bisa dilakukannya, (Kishimi & Koga: 247). Dan ‘berani menjadi normal’ adalah salah satu perwujudan diri paling awal dalam langkah penerimaan diri, (Kishimi & Koga: 288).
Pada intinya, dalam hidup ini jika kita hanya melihat pada apa yang orang lain miliki, ini hanya akan memunculkan energi-energi negatif dalam diri kita. Memfokuskan diri pada apa yang orang lain miliki tidak memberikan manfaat apapun pada diri kita. Untuk itu, kita harus bisa untuk mulai memfokuskan diri pada apa yang kita miliki dan manfaatkan itu untuk tujuan yang baik. Langkah awal yang dapat kita lakukan untuk mencapai titik tersebut adalah dengan menerima diri kita apa adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H