Perjalanan berlanjut ke tahap isian biodata yang membutuhkan beberapa bukti dan dokumen konkret untuk pengelompokkan tahap berikutnya. III yang menjadi shock dan alasan (sedikit) kecewaku.
 Entahlah… rasanya itu terlalu besar.. meskipun orangtuaku biasa saja dan berhasil melewatinya dengan baik, tapi aku tau dibalik itu semua, ada sebuah kerja keras dan do’a yang tiada henti untuk terus berjuang demi anaknya bisa menggapai mimpinya.
 Jujur, aku kesal, entah ditujukan pada siapa kekesalan itu. Aku hanya merasa berat dan sangat-sangat tertekan. Aku menyusahkan mereka. Aku hanya menekan mereka untuk terus bekerja demi memenuhi apa yang aku mau. Tapi, aku juga belum bisa memberikan apapun sebagai bentuk terima kasih untuk mereka. Aku terlalu angkuh, acuh, dan gengsi untuk mengungkapkan semuanya.Â
 Saat pengisian biodata, aku sudah menyusahkan mereka. Selanjutnya ditambah dengan III yang membuat aku hanya semakin merasa bersalah pada mereka. Ada adikku yang juga memulai ajaran baru di tingkat selanjutnya, kemudian aku yang mencoba-coba tiket hingga sekarang benar-benar menyusahkan.
 Saat ini, aku tidak mempunyai kata lain selain menyusahkan mereka. Karena itu realita yang aku lihat dan rasakan hari ini. Aku hanya berharap kalimat yang kubuat disini tidak menjadi wujud dalam nyata. Semoga aku masih bisa membahagiakan dan membalas jasa mereka.Â
 Ada kemarahan dalam diriku akan trauma yang sempat kukira sembuh ternyata masih menjadi luka yang ketika tergores sedikit saja, sakit dan sesak itu kembali menyapa duniaku.Â
 Ada kebahagiaan kecil di tengah pertempuran dan perjuangan semua itu, yang selama 19 tahun hidupku, aku tidak menyadari keberadaannya dan tidak mengenalinya.Â
 Di tengah semuanya, ada masalah lain yang cukup menguras energiku, tapi dari sana, dari kesalahan yang aku buat itu, aku menemukan diriku, menemukan kebahagiaan diriku, menemui pelajaran yang kuharap bisa menjadi bahan perbaikan di masa mendatang dan mencoba untuk bertarung melawan dan bertahan dengan segala rintangan yang ada.Â
 ‘Cukup’ adalah kata yang terlihat ringan tapi cukup berat dirasa ketika berhadapan dengan rintangannya. ‘syukur’ adalah kata istimewa yang jelas tapi masih aku usahakan untuk memahami dan mencoba menerimanya.
 Untuk segala kesusahan yang kusebutkan sebelumnya, aku harap suatu hari nanti, aku bisa berdamai, menerima, dan mensyukuri semuanya. Supaya dunia terasa ringan dan hati tak merasa terbebani oleh apapun.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI