Mohon tunggu...
Nurhanita Ramadani
Nurhanita Ramadani Mohon Tunggu... -

Berjuang di jalan ALLAH..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perkembangan Kognitif...

28 November 2013   22:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kognitif manusia itu berkembang dari waktu ke waktu, tidak langsung menjadi seorang yang pintar. Disitu terjadi proses – proses untuk mengembangkan kognitif kita. Seperti belajar di sekolah, selain sebagai tuntutan dalam masyarakat dan kewajiban sebagai warga negara sekolah sangat berpengaruh dalam pengembangan kognitif.

Sebelum sekolah, sewaktu masih bayi kita dididik oleh ibu dan orang – orang sekitar kita untuk belajar. Contohnya, Waktu bayi, semua benda yang dipegangnya pasti dimakan entah itu makanan ataupun mainan. Bertambah usianya kemampuan kognitifnya juga bertambah,dia bisa membedakan bahwa yang enak adalah makanan, dan yang tidak enak itu tidak bisa dimakan. Seiring dengan perkembangan fisiknya, kemampuan koknitif juga akan berkembang. Tahap - tahap pembelajaran di PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan KULIAH itu memiliki pelajaran yang berbeda, karena semua pelajaran menyesuaikan kemampuan kognitif pada usia tersebut.

Kognitif manusiaa, ditinjau dari sudut pandang perkembangan adalah hasil dari rangkaian tahap – tahap perkembangan yang dimulai sejak tahun – tahun awal permulaan pertumbuhan pada tahap awal. Persepsi, memori, bahasa dan proses perfikir dikendalikan oleh struktur genetik dasar yang kita warisi dan perubahan yang kita alamisebagai tanggapan terhadap permintaan lingkungan yang muncul dalam berbagai interaksi fisik dan sosial. Intinya kognisi berkembang dalam dalam bentuk peningkatan mengikuti pola – pola yang teratur sejak bayi hingga masa dewasa, dan beberapa kemampuan kognitif mengalami penurunan pada masa tua. Perubahan – perubahan ini bisa terjadi sebagai akibat proses – proses pematangan atau kemunduran neurologis dan fisik individu, keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan pendidikan serta sebagai akibat interaksi antara perubahan fisik individu dan lingkunganya.

Berdasarkan salah satu sudut pandang dari dikotomi sifat dasar (nature) dan hasil proses pengasuhan (nurture), beberapa psikolog berprinsip bahwa bayi sama sekali bebas dari kecenderungan bawaan, dan murni dipegaruhi oleh pengalaman – pengalaman hidupnya. Pandangan seperti ini disebut tabula rasa atau “kertas kosong”. Sementara neurologis yang bersifat bawaan, dan perkembangan kognitif merupakan hasil interaksi struktur bawaan tersebut dengan dorongan dan permintaan lingkungan. Sementara pandangan umum tentang sisi nurture pernah diradikalisasi oleh kaum behavioris menuju pemahaman bahwa semua perilaku merupakan hasil pembelajaran operant, hasil – hasil temuan dewasa ini menunjukan adanya pengaruh komponen genetik yang cukup besar dalam perkembangan manusia. Kesimpulanya bahwa kognitif itu dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun