Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kesalahan Berpikir Masyarakat Indonesia: Peradaban Eropa Lebih Unggul!

18 September 2021   19:55 Diperbarui: 18 September 2021   19:59 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang-orang Jawa jaman dulu melakukan Out of Body Experience dengan tujuan yang berbeda-beda,misalnya seorang guru jasadnya berada di kamar, tapi jasadnya "yang lain" sedang berada di Makkah melakukan sholat jum'at. Ada pula seorang guru yang melakukan komunikasi dengan muridnya yang berbeda wilayah, ngrogo sukmo dijadikan salah satu media karena saat itu belum ada telepon seluler.

Ilustrasi Ngrogro Sukmo/boombastis
Ilustrasi Ngrogro Sukmo/boombastis

Mungkin sebagian dari kalian yang membaca artikel ini, khususnya tentang masalah ngrogo sukmo, akan menganggap bahwa Saya sedang berhalusinasi. Namun Saya bisa membuktikan tentang tulisan lewat pengalaman yang Saya alami tentang out of body experience, silahkan baca pada link yang sudah Saya sematkan di atas.

Tidak sampai di situ, perkembangan ilmu pengetahuan leluhur kita yang tidak kalah saing masih ada lagi, salah satunya datang dari sosok Syekh Siti Jenar. Ilmu yang Jenar ajarkan seputar ilmu kebatinan hingga ilmu tasawuf, dan faktanya, banyak pemikir abad ke 19 di Eropa yang baru membahas ilmu yang sudah ada sejak 500 tahun yang lalu di tanah Jawa. 

Filsuf di Eropa seperti Bertrand Russel baru membahas soal hubungan antara hamba dan Tuhan, agama dan manusia, hingga peran agama dalam konstruksi sosial. Sedangkan Siti Jenar sudah lebih dulu membahasnya, yang disebut dengan Hyang Widhi.

Melalui beberapa fakta di atas, Saya hanya ingin mengajak kalian semua untuk lebih menghargai leluhur kita, ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Karena, tiap peradaban tentu mempunyai masa jayanya masing-masing, dan bukan hal yang mustahil juga bahwa peradaban di bumi Nusantara ini pernah berjaya pula.

Kita jangan pernah menganggap bahwa "orang zaman dulu" ketinggalan zaman, ketinggalan ilmu pengetahuan. Justru kitalah yang semakin ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan, kenapa? Sudah seharusnya akademisi di negara ini melakukan riset, melanjutkan warisan ilmu pengetahuan yang ditinggalkan oleh leluhur kita.

Namun pada faktanya, generasi saat ini justru terjebak ke dalam postmodernisme, konsumerisme, hingga keterbiasaan penggunaan gadget yang membuat daya motorik anak jaman sekarang sulit untuk berkembang. 

Minimnya literasi dan minat baca juga menjadi problema lain bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Dan yang pasti, kesalahan berpikir masyarakat kita semakin memperparah kualitas sumber daya manusia di negara ini. Akan sampai kapan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun