Kemajuan teknologi informasi saat ini sangat berperan dalam budaya "cancelling" ini, karena dengan semakin terbukanya informasi, siapapun bisa dengan mudah mengakses isu-isu hangat di media sosial.
Artis yang Pernah Menerima Cancel Culture
Sebagai bahan informasi, Chrissy Teigen dikenal sebagai artis hollywood yang ketika berbicara asal nyeplos saja, tanpa filter, tanpa dipikir terlebih dahulu.Â
Ia mendapatkan cancel culture setelah salah satu korban dari perundungan online yang ia lakukan berani untuk angkat bicara, sejak saat itulah netter Amerika mulai mencari jejak rekaman digital Chrissy dan akhirnya diangkat oleh media mainstream di sana.
Influencer lokal seperti Awkarin dan Lucinta Luna pun pernah mendapatkan aksi boikot dari netter, hal itu lantaran disebabkan oleh kontroversi yang mereka perbuat.
Ya, aksi cancel culture lebih banyak disebabkan oleh sebuah skandal yang dilakukan oleh orang populer. Maka dari itu, cancel culture bisa menjadi senjata untuk menuntut keadilan, namun bisa juga dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mengambil keuntungan.
Namun jangan salah, cancel culture tidak hanya menimpa mereka yang punya "nama" di media sosial. Orang biasa seperti kita pun bisa mendapatkan cancel culture, apalagi saat ini jamannya serba viral.Â
Sesuatu sekecil apapun jika terekam oleh kamera, rekaman itu bisa berbuah viral di media sosial, dan hal ini pun bisa menyebabkan dampak positif maupun negatif.
Cancel Culture Dijadikan Sebuah Senjata
Selain dampak positif terhadap keadilan, nyatanya cancel culture bisa memberikan dampak negatif terhadap korban, terutama korban fitnah.
Pada tahun 2019, youtuber terkenal James Charles kehilangan 3 juta pengikutnya di Youtube. Hal itu terjadi lantaran ia mempromosikan produk vitamin rambut yang tak lain adalah kompetitor dari produk lain, bagaimana hal itu bisa terjadi?Â