Untuk mengatasi permasalahan persoalan lingkungan, terkadang ada pihak-pihak yang menawarkan sebuah opsi yang justru tidak efektif bagi kondisi lingkungan saat ini.Â
Misalnya saja, Kota Pekalongan sering dilanda air rob, ketika hujan datang pun, banyak daerah tergenang banjir. Saat itu ada pihak yang menawarkan sebuah opsi untuk transmigrasi, yaitu masyarakat yang sering diterjang air rob maupun banjir untuk dipindah ke tempat yang lebih tinggi.
Secara logika umum, ide di atas bagus, namun bagi Saya justru ide itu merupakan opsi lari dari masalah, bukan lagi mengatasi masalah. Lingkungan terdampak banjir pasti ada sebabnya, maka dari itu Saya sempat mengkritisi bahwa transmigrasi adalah lari dari masalah.Â
Seharusnya Pemkot beserta jajarannya mengatasi pendangkalan sungai dengan pengerukan, membersihkan saluran irigasi (mengangkat lumpur) agar dapat menampung lebih banyak debit air ketika hujan.
Selain itu, saat ini banyak lahan kosong yang sebelumnya menjadi resapan air, berubah menjadi perumahan, perkantoran, ruko. Hal itu berakibat air hujan yang seharusnya meresap ke tanah (lahan resapan air), lari ke daerah yang sebelumnya tidak tergenang air. Dampak yang lain pun, area persawahan yang dulunya produktif, sekarang sudah menjadi tambak.Â
Maka dari itu, jika lari dari masalah dengan melakukan transmigrasi, itu sama saja dengan omong kosong. Kondisi lingkungan yang sedang/sudah rusak, seharusnya diperbaiki bukannya malah tinggalkan begitu saja.
Sama halnya dengan kondisi iklim global, proyek yang dilakukan oleh Universitas Harvard  yang juga mendapatkan dukungan oleh Bill Gates dan donatur swasta tentang peredupan matahari, merupakan salah satu ide yang lari dari masalah.
Dikutip dari laman detikinet, proyek itu dinamakan Stratospheric Controlled Perturbation Experiment, rencananya di bulan Juni uji coba pertama berlangsung di Swedia, untuk mengetahui apakah metode peneliti berhasil sesuai teori.
Inti gagasan ini adalah memantulkan kembali cahaya Matahari ke angkasa dengan bahan kimia. Proyek itu dikembangkan untuk memblokir sinar matahari, yang saat ini dirasa semakin memperparah pemanasan global.
Dikutip lagi dari laman detikinet, dalam eksperimen ini, volume kecil bahan kimia aerosol akan dibawa oleh balon dan disebar di langit pada lokasi yang spesifik.Â
Namun Harvard telah mengumumkan penundaan untuk memastikan lagi bagaimana dampak yang mungkin terjadi pada area uji coba secara lebih detail.Â