Tentu hal itu bukan sesuatu yang baik, dan juga umum terjadi. Namun yang perlu diingat adalah, tujuan kalian menjalin hubungan tentunya didasari dari rasa nyaman. Ketika rasa nyaman itu sudah tidak lagi ada, tidak ada salahnya kalian untuk mengakhiri hubungan itu.
Ada salah satu teman saya, dia seorang wanita yang menjalin hubungan dengan kekasihnya lebih dari 7 tahun. Ketika saya dan dia sedang berada di kos untuk mengerjakan revisi ujian skripsi, teman saya berkata, "Jika suatu saat ada lelaki yang lebih baik dari dia (pacarnya), yang bisa membuat saya lebih nyaman, saya akan memilih laki-laki itu."
Teman saya menjelaskan kalau di luar sana pasti masih banyak lelaki yang lebih baik, maka dari itu, dia tidak mengacu pada "lamanya hubungan" yang sudah ia jalani dengan kekasihnya.
Hal itu membuat Saya berpikir, untuk apa saya menangisi orang yang sudah meninggalkan saya? Menangisi atas semua yang telah terjadi? Larut dalam kesedihan yang tidak tahu kapan akhirnya? Dan omongan teman saya itu ada benarnya juga, kalau di luar sana masih banyak orang yang lebih baik.
Kedua, ketika kalian sudah menjalin sebuah hubungan dan mengalami toxic relationship, lekaslah diakhiri hubungan itu. Saya paham, "cinta" dapat membuat orang "waras" menjadi "gila". Maka dari itu, saya selalu tertawa ketika membaca kutipan, "jangan menasehati orang yang sedang jatuh cinta".
Saya memaknai kalimat yang diucapkan oleh Thranduil ketika sedang menasehati Tauriel, dalam film The Hobbit: The Battle of The Five Armies.
Ya, apa yang diucapkan oleh Thranduil adalah sebuah kenyataan (at least, bagi saya), karena apapun yang kita rasakan soal cinta adalah ketidaknyataan. Kita terjebak ke dalam perasaan yang kita ciptakan sendiri, sehingga ketika perasaan itu berbanding terbalik dengan realita, kita hanyut di dalamnya dengan segala kesedihan.
Begitu pula dengan kalimat, "tapi Aku sangat mencintainya". Hell what? Hubungan kalian toxic, kamu sebagai korban. Setan apa yang menghipnotis pikiranmu sehingga kamu menerima saja ketidakadilan dalam hubungan kalian?
Jika kamu berpikiran begitu, bedanya apa kamu dengan budak hasil rampasan perang? Untuk apa kamu merasakan merdeka dalam bernegara, tetapi tidak merdeka dalam urusan perasaan?
Come on, man, berjuang tidak sebodoh itu, masih banyak orang di luar sana yang jauh lebih baik. Kalian mempunyai "free will" dalam diri kalian, gunakan hak kuasa kalian untuk keluar dari toxic relationship.