Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Our First Flight

13 November 2020   21:31 Diperbarui: 13 November 2020   21:33 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Hara Nirankara

Gua terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, tak ada kemewahan yang gua punya. Gua harus berjuang melawan emosi ketika gua melihat bokap dan nyokap tiap saat berantem, mereka sibuk dengan dunianya masing-masing, sedangkan kami? Tak mendapatkan perhatian, apalagi materi.

Kadang gua heran, kenapa mereka mesti menikah dan punya anak, jika mereka tidak bersedia mengurus anak-anaknya. Bahkan untuk urusan pernikahan mereka sendiri pun, tidak jelas. Di sini korban yang paling jelas adalah gua sebagai anak sulung, sedangkan adek gua? Dia masih umur 14 tahun, dan umur gua pun baru 16 tahun. Beruntungnya, adek gua cowok, namanya Balakosa Adhikari yang jika diartikan mempunyai makna "kekuatan yang istimewa". Nama itu diambil dari bahasa sansekerta. Sedangkan nama gua? Ganendra Byakta, yang artinya "pasukan para dewa yang nyata". Nama gua juga berasal dari bahasa sansekerta, dan yang menamai kita berdua adalah mendiang nenek, sosok yang gua rindukan sampai kapanpun.

[Di ruang tengah] "Ma, besok disuruh beli lks sama bu guru." Pinta gua kepada mama yang sedang menonton sinetron. "Berapa?", jawabnya. "10 ribu, ma." Kata gua. "Sana minta ke papamu, dia lagi di teras sama temennya." Suruhnya. Gua pun beranjak ke teras rumah dan meminta uang ke papa. Tapi dia bilang kalau dia sedang tidak pegang uang sepeser pun. "[Suara mama dari ruang tengah] kamu itu punya apa mas? Dimintain uang 10 ribu aja gak ada! Aku lho yang kudu muter otak biar bisa tetap masak." Mereka akhirnya berdebat. Ya, lagi-lagi mereka debat soal uang.

Aku pun kesal, kembali ke kamar tidurku. Saat itu jam 10 malam. Coba bayangkan? Siapa yang gak kesal dengan kebisingan jam segitu?

Perdebatan mereka yang bising, membuat Osa terbangun dari tidurnya. "[Mendekati Osa, memeluk, dan mengusap rambutnya] ssstttt, don't worry, I got You. Sleep." Bisik gua ke Osa. Osa kemudian memeluk gua, berkata kalau dia sudah bosan menyaksikan nyokap dan bokap bertengkar. "Can we go somewhere? Right now?" Pintanya sambil menatap ke arah gua.

Gua pun terdiam sejenak, memikirkan ucapannya. Dan gua pun mendapatkan sebuah ide. "[Menempatkan wajahku di depan wajahnya] kamu keluar lewat pintu belakang, nanti abang jemput di perempatan warung mbok Ijah. "Oke siaapppp!", jawabnya seraya keluar melalui pintu belakang rumah.

Gua yang saat itu sedang mengamati nyokap dan bokap berantem, berjalan mengendap-endap menuju ruang tamu dan mengambil kunci sepeda motor milik bokap yang ditaruh di meja tamu. Gua pun membuka pintu yang belum sepenuhnya tertutup dengan kehati-hatian, kemudian bergegas membawa motor vespa milik bokap ke arah perempatan warung mbok Ijah (dengan keadaan mesin motor belum dinyalakan.

OUR FIRST FLIGHT

Ketika sudah sampai di meeting point, gua dan Osa bergegas menancap gas, "Are You ready, my lil bro?" Kata gua dengan penuh semangat. "Go now, lets make something fun!" Jawabnya dengan nada yang keras.

Kami pun mulai berkendara, di tengah malam yang tidak terlalu dingin, langit yang cerah, dan rembulan yang padang bersinar, kami memulai "penerbangan" pertama.

Saat itu suasana malam penuh bintang, Osa tak henti-hentinya tersenyum sembari memeluk gua dari belakang, melingkarkan kedua tangannya hingga menekan perut gua. Tidak banyak kendaraan berlalu lalang, membuat sensasi yang kami rasakan malam ini terasa begitu sempurna. Bahagia. Terasa hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun