Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tersungkurnya Sang Luminosity

21 Oktober 2020   04:59 Diperbarui: 21 Oktober 2020   05:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alshain berpijar di ufuk timur, menandakan sepinya peradaban yang sedang terluka. Bersemayam di dalamnya syair-syair yang kelabu, ketika fatamorgana bergelantungan mengusik rinduku padamu. Dan terbentuklah Heksagon Saturnus, diiringi tawa satir dari rasi bintang Aquila, di mana Altair biasanya bersinar terang, namun kali ini dikalahkan oleh Delta Majoris.

Khayalku tak kunjung mendarat, yang malah semakin terbang meninggi. Sayapku pun tak henti mengepak, menerbangkanku sangat jauh hingga ke dimensi para bintang. Berkeliaran tak tentu arah mengunjungi setiap sudut ruang di tata surya.

Aku tersesat, kehilangan arah untuk menemukanmu wahai pujaan. Mataku tak mampu lagi untuk mencari, menerawang posisi pastimu dalam dimensi yang tak bisa Aku jangkau. Berkelana jauh hingga tak Aku sadari, bahwa dirimu benar-benar telah pergi. Meninggalkanku beserta seluruh kesedihan, yang selamanya akan menjadi tanda eksistensiku.

Hingga sejauh ini, tak ada lagi bintang yang bisa Aku ajak bicara, mendengungkan cerita-cerita lama yang sampai kini masih menyisakan lara. Goresan luka dalam hatiku tak jua lenyap, seakan bahagia dengan menjadikanku satu-satunya budak di tengah gemerlapnya peradaban yang merdeka. Merantaiku hingga nadi susah untuk bergerak, nafas serta jantung pun kalah dibuatnya.

Andai kau mampu melihat, kasih. Betapa kosongnya alam semesta yang sedang Aku singgahi. Tak ada yang datang menemuiku. Tak ada yang bisa untuk Aku ajak berdiskusi. Hanya hitam yang luasnya tak mampu aku hitung, dalam ruang yang sebelumnya tak pernah Aku kenal.

Aku asing di sini, bersama luka yang masih setia menyiksaku. Tak ada lagi kamu yang biasanya berceloteh lucu, mengumandangkan ikrar hidup tanpa beban sedikitpun. Datanglah, kasih. Tolong Aku yang sedang dirundung amarah seisi galaksi.

For your information:

1. Alshain merupakan salah satu bintang yang berada dalam rasi Aquila.

2. Altair merupakan bintang paling terang dalam rasi Aquila.

3. Aquila merupakan sebuah rasi bintang.

4. Delta Majoris merupakan bintang terbesar sejagat raya urutan ke 37.

5. Heksagon Saturnus merupakan sebuah badai di planet saturnus. Badai heksagon Saturnus baru ditemukan selama beberapa dekade terakhir, tidak ada yang tahu kapan badai ini akan berlalu, mungkin akan tetap bertahan selama berabad-abad. 

6. Luminosity merupakan tingkat terang dari suatu bintang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun