Aku mengingatmu, setiap hari menjaga bayangmu dalam hatiku. Perasaan itu sampai saat ini masih Aku pertahankan, dan entah sampai kapan akan bertahan, mungkin untuk selamanya Aku pertahankan. Wajahmu yang sendu, matamu yang indah, dan senyumanmu yang manis. Sampai saat ini memori tentangmu masih ada, bertahan walau Aku terus berusaha mengusirnya. Sekuat yang Aku bisa, tapi tetap saja, memori tentangmu masih bertahan.
Sayang, bisikanlah kata yang indah untukku dari alam sana. Belailah rambutku hingga Aku tertidur lelap.
Kau tahu? Di sini Aku masih setia mempertahankan janji yang pernah Aku berikan untukmu, dulu. Tak terbayang betapa tersiksanya diri ini oleh ingkar yang tiba-tiba membutakanku, hingga membuatmu pergi untuk selamanya. Menjagamu, menenangkanmu, dan membuatmu tersenyum. Betapa indah memori yang dulu pernah kita ciptakan, hingga membuat orang lain iri setengah mati.
Aku ingin sekali melihat wajahmu, menimkati senyummu yang menenangkan, dan bersandar dibahumu disaat Aku lelah akan kemunafikan hidup ini. Kasihku, terkadang hati ini teriris, mata ini tak sanggup untuk membendung kesedihan akan penyesalan. Bersamamu adalah impianku, menghabiskan sisa hidup berdua walau dunia menolak keberadaan kita.
Lihatlah, dalam semua hiruk piruk kebahagiaan di sekitarku, Aku masih terantai oleh nestapa yang tak berujung. Melalui senyum-senyum palsu, tawa-tawa palsu, Aku persembahkan bagi mereka yang tak tahu. Tak tahu betapa tersiksanya diriku. Tak tahu betapa sedihnya hati ini mengingatmu.
Damailah, sayangku. Esok kita bertemu lagi, bertukar cerita walau Kau tak mungkin hidup kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H