Pada kenyataannya, selain memberikan dampak positif, kemajuan teknologi juga banyak memberikan dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari internet adalah STRES. Yip. S
aya sendiri beberapa bulan yang lalu sempat mengalami stres karena banyaknya hal tidak penting, yang justru di-up habis-habisan, sehingga hal-hal urgent, hal yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih, kalah oleh hal receh itu. Tidak memungkiri juga, saat ini Saya sudah mulai merasa bosan dengan apa-apa yang ada di media sosial.
Orang-orang mudah sekali "hype" atas suatu topik, bahkan banyak juga yang membuat topik menjadi "hype", untuk menutupi kasus yang seharusnya di"hype"kan. Saya sendiri tidak tahu pasti kenapa bisa merasa bosan seperti itu. Mungkin karena faktor usia, atau, karena Saya sudah lama bersentuhan dengan hal-hal yang seperti itu.Â
Orang-orang fokus di media sosial, sehingga mereka lupa akan kehidupan mereka sendiri, realita mereka sendiri. Dan inilah yang ingin Saya tekankan dalam tulisan ini. Bebas. Kalian ini menjadi Social Justice Warior kek, Buzzer kek, atau apapun itu, bebas.Â
Tapi kalian harus ingat, bahwa kalian mempunyai kehidupan sendiri di luar media sosial. Karena apa? Banyak sekali akun-akun di media sosial yang sok idealis, sok memperjuangkan bla bla bla, tapi praktek riil, mereka tidak punya. Itu yang menjadi salah satu permasalahan baru di era media sosial.
Ketika seseorang menemui sebuah akun dengan pembahasan yang bla bla bla, yang cocok dengan pemikiran mereka, orang itu akan semakin percaya, bahwa yang berpikiran seperti itu bukan hanya dia. Itu bagus, tapi jangan sampai lupa diri.Â
Kenapa? Karena nanti akan mengarah ke sifat fanatik akan suatu hal/ilmu. Ketika ada argumen yang sejalan, didukung. Tapi ketika ada yang tidak sejalan, diserang habis-habisan. Padahal semua manusia mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
Hemat Saya, jadilah orang yang sewajarnya. Tidak berlebihan dalam mendukung sesuatu. Tidak berlebihan dalam menentang sesuatu. Karena apa? Kembali lagi pada poin yang pernah Saya singgung, bahwa saat ini kita sedang hidup di dalam jaman post modernisme. Tidak ada kebenaran absolut. Tidak ada kesalahan absolut. Semuanya relatif. Semua orang mempunyai benar dan salah menurut versinya masing-masing.
Maka tepat dengan perkataan orang di luar sana, bahwa dunia ini semakin edan, zaman ini adalah zaman edan. Sebuah zaman di mana orang-orang banyak yang buta, hanya mengandalkan emosional, sehingga otak mereka tidak bisa untuk berpikir logis.Â
Dan akan sampai kapan akan begitu? Sang penentu adalah waktu, biarkan waktu yang akan menjawab. Lalu, akan seperti apa kita nantinya? Terserah kita. Kita ingin mengikuti menjadi edan, atau menjadi orang waras.
Ini bukan sebuah mitologi peradaban, tapi akan menjadi sejarah yang akan terus berulang.