Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tak Ada Tuhan yang Abadi

30 Desember 2019   23:59 Diperbarui: 31 Desember 2019   00:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarilah kau bersama kumpulan bangkai-bangkai, menarilah terus hingga kau benar-benar lupa akan duniamu yang kelam. Menarilah kau bersama kumbang dan mawar, rasakan keberadaan mereka hingga kau merasa makhluk yang tiada guna. Biarkan jari-jari lentik itu bekerja, terus bekerja hingga larut tak terbatas waktu.

Mana kala sinar bulan telah musnah, janganlah bersedih. Sinar-sinar masih akan tetap ada, walau badai topan menghancurkan sumber energi.

Ada saatnya kau lelah, ada saatnya kau terjaga. Di Setiap jejak langkah manusia akan selalu teriring do'a, hingga kuping Tuhan merasa lelah lalu bernanah, dan akhirnya tuli. Dan di saat mulut mereka telah berbusa, tak akan ada yang sadar, hanya diri sendiri yang mampu menetralkan luka.

Jika kau bisa menari, menarilah. Jika kau bisa bernyanyi, menyanyilah. Jika kau bisa menulis, tulislah semilenium kisah. Dan jika kau tak bisa apa-apa, maka matilah.

Rambutmu yang hitam kelak akan beruban. Kakimu yang kokoh kelak akan rapuh. Tiada yang lebih indah dari kematian. Dan tak ada yang lebih nikmat dari penderitaan.

Di sela angin malam yang merayu, biarkan waktu berjalan sesuai titahnya. Di setiap jengkal kehidupan ini, biarlah berjalan sesuai alurnya. Tapi bagaimana jika seumur hidup sial? Lawanlah!

Tak ada yang mustahil selagi nyawa masih ada, tak akan pernah sia-sia selagi tekad melampaui realitas. Lalu biarkan Tuhan bersemayam di gubukNya. Tak ada guna selalu bergumam kepada sesuatu yang tidak bernyawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun