Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Lets Break The Rules!"

29 November 2019   13:07 Diperbarui: 1 Desember 2019   10:51 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu itu ngapain sih? Aduh, gak jelas banget. Ya elah, kampungan banget sih gayanya! Kamu itu harusnya begini, kamu itu harusnya begitu. Haha, ngimpi! Dasar lemah!". 

Kenapa banyak sekali orang yang merasa lebih tahu tentang diri kita dari diri kita sendiri? Banyak orang yang bicaranya seolah seperti manusia yang hidupnya sudah perfect, makmur, atau bahkan sudah sesuai dengan perintah Tuhan. Setiap orang bebas menentukan jalan hidupnya, setiap orang bebas memilih. 

Tapi kenapa mereka seolah menjadi hakim, hingga menilai secara sepihak. Orang lain pasti akan merasa keberatan jika kita mencampuri urusan mereka, tapi kenapa mereka merasa berhak mencampuri urusan kita? 

Di dunia ini, terutama di sekitar kita, banyak orang yang menerapkan dualisme dalam diri mereka, bersikap secara dualitas, bahkan saat ini banyak sekali orang yang merasa tahu dengan masa depan orang lain.

Ada orang yang memaki, menghakimi kita dengan rasa yang penuh oleh keegoisan, menganggap apa yang kita pilih adalah salah, menilai apa yang kita lakukan adalah keliru. Ada banyak orang yang bisa kita temui di luar sana, yang kerjaan sampingannya yaitu mengatur orang lain agar sesuai dengan pikiran mereka. 

Padahal apa yang mereka atur bukanlah ranah mereka, karena pilihan hidup, mimpi, harapan, adalah urusan pribadi. Tentu kita semua mempunyai dapurnya masing-masing, kan? Kenapa kita tidak sibuk mengurusi dapur kita sendiri? Kenapa lebih sibuk mengurusi dapur orang lain? 

Kita mempunyai kehidupan masing-masing, yang tidak selamanya harus sesuai dengan keinginan kita, sehingga rasanya akan sangat menyebalkan jika ada orang lain yang mencampuri kehidupan kita, terutama yang berkaitan dengan pilihan.

Saya ingin menjadi seorang agnostik, ya terserah. Saya ingin menjadi ateis, ya terserah saya. Saya ingin mengikuti ajaran agama, ya terserah saya. Saya ingin meniru perilaku terpuji Nabi, ya terserah saya. Saya ingin menjadi apa, ya terserah saya. Saya ingin berpenampilan seperti apa, ya terserah saya. Apa yang saya lakukan, tentu sudah menjadi pilihan yang sebelumnya sudah melalui proses pemikiran. Apa yang akan saya lakukan ya terserah saya, selagi tidak merugikan banyak orang.

Hidup dalam sebuah kekangan tidaklah nyaman, hidup dalam pendektean dari orang lain tidaklah menyenangkan. Selama ini kita hidup di Indonesia yang menjunjung adat ketimuran, sehingga kita diharuskan untuk menghormati serta menerapkan nilai ketimuran. 

Why? Kenapa kita harus menjadi follow market? Kenapa kita tidak menciptakan "market" kita sendiri? Kenapa juga kita harus menjadi orang yang diinginkan oleh orang lain? Kenapa kita tidak menjadi diri kita sendiri?

Di luar sana banyak orang yang tidak menyadari bahwa, menjadi sesuatu yang beda adalah hal yang menyenangkan, menjadi diri sendiri adalah kenikmatan yang tidak bisa ditukar dan ternilai oleh apapun. 

Kamu seorang introvert? Pengidap salah satu mental ilness? Jangan khawatir! Dunia ini teramat luas, banyak hal yang bisa kita temukan, dan banyak juga orang yang mampu menerima kondisi kita yang berbeda. Kamu tidak perlu walau hanya punya satu tangan, atau memiliki jemari yang tidak utuh. 

Memang, akan ada banyak orang yang menganggapmu aneh, banyak juga yang akan takut dan jijik kepadamu. Tapi untuk apa larut dalam kenyataan yang seperti itu? Saya yakin, di dalam dirimu yang cacat itu, terdapat kelebihan yang tidak banyak orang miliki. 

Kamu tidak perlu menangis karena dianggap tidak sempurna, karena apa? Tidak ada satu pun manusia yang sempurna di dunia ini. Jika kamu dicaci hanya karena cacat fisik, jangan dibalas, cukup katakan "memangnya kamu sudah sempurna?". Saya yakin, orang yang menghinamu akan kebingungan, tidak mempunyai jawaban untuk membela diri.

Tidak ada yang perlu dirisaukan dari bentuk serta ukuran badan yang menurut mereka tidak ideal, kenapa? Setiap orang sudah mempunyai "ideal"nya masing-masing. 

Badan tinggi, perut tidak buncit, kulit putih, rambut lurus, adalah beberapa hal yang sengaja diciptakan untuk menyekat keberagaman manusia, membuat tolak ukur dari sesuatu yang justru semakin memperparah ketimpangan. 

Kamu gendut? Tidak masalah. Kamu bisa terlihat ganteng atau cantik, tentu dengan caramu sendiri, yaitu menjadi beda! Dobraklah semua aturan yang dibuat oleh orang-orang lucu di dunia ini tentang fisik, penampilan, hingga karir.

Menjadi diri sendiri dengan mendobrak segala aturan yang rancu, body shaming, dlsb, adalah hal yang sangat menyenangkan. Kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk menyenangkan orang lain, kamu hanya perlu menjadi diri sendiri untuk menyenangkan dirimu sendiri, karena apa? Karena kamu hidup untuk dirimu sendiri, bukan untuk orang lain atau menyenangkan orang lain. Untuk apa menuruti kemauan orang lain? 

Sedangkan orang lain itu bukan hanya satu atau dua, tapi ada banyak! Ribet? Iya. Tentu akan sangat ribet jika kamu harus menuruti keinginan banyak orang, sedangkan belum tentu apa yang kamu lakukan demi orang lain itu sesuai dengan diri kamu sendiri. Kamu tidak perlu berpura-pura menjadi sosok X untuk menyenangkan kalangan A, kamu hanya perlu menjadi diri sendiri.

Lambat laun, orang-orang yang dulunya meremehkanmu, menganggapmu beda, menilaimu dengan rendah, akan terbiasa dengan keadaan atau penampilanmu yang baru, yang sesuai dengan dirimu sendiri. Orang-orang di luar sana membutuhkan sebuah proses untuk menerima keadaanmu yang memang berbeda, karena hidup ini tidaklah instan. 

Semuanya butuh proses, bahkan seekor kupu-kupu yang mempesona itu harus menjadi ulat dulu, harus menjadi hewan yang membuat geli banyak orang. Tapi lihat hasilnya, melalui berbagai proses hingga menjadi kepompong, akhirnya hewan yang dulunya dipandang remeh oleh banyak orang, berakhir menjadi kupu-kupu yang indah nan cantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun