Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara Boikot!

1 November 2019   02:24 Diperbarui: 1 November 2019   02:41 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya kaget ketika membuka twitter, di sana terdapat tranding topic dengan hastag #BoikotTransmartDanBankMega , dengan kondisi yang penasaran akhrinya saya mencari tahu penyebab dari tranding topic itu.

Ternyata hastag itu berawal dari cuitan admin Transmart yang membuat konten sarkastik masalah lem aibon, ditambah dukungan cuitan dari admin Bank Mega.

Entahlah, saya sendiri merasa bingung dengan banyaknya boikot yang dilakukan hanya karena urusan politik. Mulai dari Sari Roti, Metro TV, hingga yang terakhir Transmart dan Bank Mega.

Menurut pendapat saya, tidak ada yang salah dengan cuitan admin twitter Transmart dan Bank Mega, karena apa? Itu salah satu strategi marketing dan sepengamatan saya, kedua akun itu tidak menjatuhkan pihak manapun, mereka hanya memanfaatkan hastag yang sebelumnya tranding topic masalah lem aibon. Karena dengan begitu, feed yang diperoleh guna penjualan itu akan meningkat.

Sebenarnya, apa sih yang dicari oleh mereka yang menyerukan boikot? Saya tahu, CT sendiri berada di pihak Jokowi dalam urusan politik, tapi jika apa-apa serba boikot, yang menerima efeknya bukan hanya pemegang saham, tapi juga akan berimbas kepada pekerja, hingga hasil pertanian yang didistribusikan ke Transmart.

Coba bayangkan, bagaimana jika pada akhirnya Transmart dan Bank Mega kolaps karena aksi boikot? Apakah mereka yang menggagas dan ikut serta dalam boikot sanggup bertanggung jawab? Bersedia untuk mencarikan pekerjaan bagi pekerja yang terkena dampak aksi boikot? Saya yakin sekali, pasti mereka semua akan mendadak buta, bisu, dan tuli.

Entah kenapa dalam pikiran saya, saat ini "menjadi orang bodoh" adalah cita-cita yang diminati oleh banyak orang, tidak peduli mereka dari kalangan sipil biasa, selebriti, mantan aktivis, akademisi, hingga intelektualis yang baru menetas dari kinder joy.

Lucu? Memang! Entah kenapa masyarakat Indonesia begitu lucu, menjadi bodoh hanya karena urusan politik maupun beda kubu. Terpecah? Memang! Kubu oposisi, kubu pemerintah, aliran agama, hingga organiasi masyarakat, semua terpecah dan memecahkan diri.

Gaduh? Memang! Banyak orang saling ribut, seolah dunia nyata sudah digantikan oleh dunia maya, padahal dalam dunia nyata, proses kehidupan berjalan dengan sewajarnya, 'gesrekan' yang terjadi di dunia maya tidak semuanya terjadi di dunia nyata.

Dan lihatlah, orang-orang yang terlihat berseberangan di dunia maya, mereka terlihat akrab di dunia nyata, seolah memang tidak terjadi apa-apa.

Saya malah menjadi bingung, mereka yang membuat hastag boikot serimg sekali berkata bahwa pemerintahan Jokowi otoriter, anti kritik. Tapi mereka tidak sadar, dengan mereka yang dikit-dikit boikot, mereka juga menjadi orang yang anti kritik, otoriter, bahkan fasis.

Logika terbalik? Memang! Pada kenyataannya memang seperti itulah logika serta pola pikir orang-orang yang bangga menjadi bodoh hanya karena berbeda pilihan dalam politik.

Sampai kapan akan terus begini? Saya sendiri tidak tahu, mungkin terkadang ada benarnya bahwa dunia ini perlu dikiamatkan agar kehidupan ini kembali seimbang, netral, balance, dan semuanya kembali pada titik nol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun