Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengais Dosa

21 September 2019   05:23 Diperbarui: 21 September 2019   05:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Hara Nirankara

Akan ada masa di mana mentari tak lagi bersinar, langit gelap gulita, angin tak lagi bersahabat. Semuanya hancur, porak-poranda ditelan kejamnya jaman. Banyak orang lari sempoyongan, lari kencang hingga mendahului satu sama lain. Ya, mereka lari dan terus berlari. Mencari tempat untuk bersembunyi. 

Mencari tempat untuk menormalkan detak jantung. Mencari tempat untuk menghela nafas panjang. Dan sesekali memejamkan mata, keringat bercucuran membasahi jasad makhluk fana.

Aku melihat mereka menjerit. Aku melihat mereka menangis. Aku melihat mereka memohon. Dan aku dengar mereka meminta belas kasih Sang Tuhan. Tapi sayangnya Tuhan tuli. Tuhan buta. Tuhan. Bisu. Tuhan tak bisa melakukan apapun.

Alam sudah murka. Manusia mengkhianati janji sucinya. Alam murka, marah, hingga jejeran gunung berapi mengeluarkan senjatanya. Angin tak kalah ganas. Angin menerbangkan seisi gemerlap dunia. Bahkan petir menggelegar, melihat kacaunya tatanan kehidupan. Sedang Sang Bumi? Ia menggoncangkan seluruh permukaan, hingga terpental-pental manusia dibuatnya.

Kenapa harus lari? Kenapa harus bersembunyi? Kenapa tak dihadapi saja segala konsekuensi atas keserakahan manusia? Untuk apa terus menghindar, bila akhirnya harus kalah, mati, dan musnah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun