Melankofisa. Sebuah rindu yang tak pernah terjamah. Sebuah lembah yang tak pernah dipandang ada. Dan sebuah harapan yang selalu digadaikan
Melankofisa pernah berkata. "aku adalah prasa yang tak diinginkan". Tapi lain orang, lain aku. Melankofisa bagiku adalah candu. Di mana senja kalah indah dibandingnya
Melankofisa tak terganti. Tak berwujud. Dan tak berhati
Melankofisa bisa disebut lara, sepi, penderitaan. Mungkin sajak tak bisa menggalinya. Mungkin juga tak kuasa membendungnya
Deru hujan kalah ganas. Puting beliung kalah menakutkan. Badai salju kalah dingin. Dan petir tak ada apa-apanya
Melankofisa tempat berkumpulnya tragedi. Tempat naungan seluruh semesta. Tempat bersandar segala pengaduan
Ulama kalah suci, penyair kalah kasta. Cendikiawan kalah bijak, dan pelacur kalah menggoda. Melankofisa tak tertandingi, tiada tara. Melankofisa tak terdeskripsi, tak tersaingi
Dan siapakah Melankofisa? Coba kau pejamkan mata, bernafas menghayati. Pastikan tak ada suara, pastikan tak ada siapapun. Dan ketika angin menembus otakmu, maka Melankofisa bisa kau cumbu.