Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelaah Sistem Zonasi Mendikbud

21 Juni 2019   11:50 Diperbarui: 21 Juni 2019   12:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penerapan sekolah zonasi yang dilakukan oleh Mendikbud menurut saya bagus dan seharusnya mendapatkan dukungan dari semua elemen masyarakat. Kenapa saya bilang bagus? Karena tujuan Mendikbud menurut artikel yang pernah saya baca adalah untuk meruntuhkan kasta sekolah favorit dan non favorit. 

Hal demikian dulu pernah dilakukan dengan menghapus label Sekolah Berstandar Internasional dan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Penghapusan SBI dan RSBI dikabulkan oleh MK karena dinilai memberatkan beban finansial orang tua. 

Sebenarnya saya pernah membuat esai mengenai hal ini di akun yang dulu. Pada esai yang pernah saya publikasikan dulu memuat sebuah inti yang isinya tentang kapitalisasi pendidikan. Sekolah-sekolah yang dinilai favorit membebankan finansial yang berlebihan. 

Ada iuran ini itu bla bla bla. Tentu jika hal ini dijadikan tradisi, esensi bersekolah akan berubah menjadi "mengejar pekerjaan favorit". Sistem zonasi bagi saya seperti wajah baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ini seperti halnya memeratakan sekolah-sekolah yang selama ini dipandang rendah oleh masyarakat.

Saya sendiri dulu bersekolah di Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Alasan saya memilih sekolah RSBI karena menurut saya sekolah-sekolah yang lain dipenuhi oleh siswa-siswa layaknya preman. 

Dan saya pribadi mempunyai pengalaman buruk ketika sedang di SMP yang mayoritas siswa lelakinya seperti preman. Dengan keegoisan saya untuk bersekolah di RSBI tentunya membuat orang tua saya harus memutar otak untuk biaya pendidikan. Alhasil, satu motor tergadai demi biaya masuk ke sekolah RSBI tersebut. Uang SPP pun terbilang besar karena memang sekolah swasta. 

Tapi dengan mahalnya biaya pendidikan yang dibayarkan oleh orang tua saya, saya menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh. Saya di sekolah termasuk siswa yang berprestasi karena meraih rangking 3 besar, juara 3 Lomba Karya Ilmiah Remaja Tingkat Kota, juara 2 English Debate dalam rangka hari jadi sekolah, peserta English Debate dalam rangka milad kota, dan mengikuti English Camp sekolah RSBI se-jawa tengah. Orang tua saya tentunya bangga dengan prestasi yang telah saya sabet. Sehingga saya merasa tidak mengecewakan mereka.

Sedangkan anak sekolahan jaman sekarang inginnya bersekolah yang jauh dari rumah, ingin ngekos, ingin bebas, ingin mendapatkan uang lebih. Intinya, anak sekolah jaman sekarang bersekolah di luar kota hanya demi mengejar gengsi dan kehedonisan di kota orang.

Lalu bagaimana dengan mereka yang benar-benar berprestasi tapi minim dana? Sekolah-sekolah favorit jaman sekarang harus ada uang pelicin, agar siswa/i dapat diterima. Kuota untuk jalur reguler dibatasi, kuota untuk jalur instan diperbanyak.

Seharusnya sistem zonasi sekolah diterapkan sejak dulu, sehingga tidak ada lagi yang namanya kapitalisasi pendidikan. Saya yakin, guru-guru di sekolah non favorit mempunyai niat yang tulus dan memiliki kredibilitas yang tinggi. Buktinya, saya sekolah di SMP sarang siswa preman, tetapi ada saja guru-guru yang tulus mencerdaskan penerus bangsa.

Kita sebagai generasi penerus seharusnya dapat berpikiran luas, open minded, jangan hanya langsung protes tanpa mengetahui latar belakang dari sistem zonasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun