Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Primavera, Sebuah Novel

5 Juni 2019   19:49 Diperbarui: 5 Juni 2019   20:02 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

PERMULAAN

Kisah ini bukan tentang drama percintaan, bukan tentang motivasi, bukan tentang perkelahian, ataupun tembak-tembakan. Kisah ini berangkat dari sebuah tragedi yang dilakoni oleh seseorang bernama Primavera Putra. Sebuah tragedi yang bisa dibilang sebagai sebuah nasib yang harus berakhir dengan kesendirian dan kehilangan. Pernah mendengar cerita tentang seorang pemikir yang memutuskan untuk menyendiri selamanya? Primavera bukanlah seorang pemikir, tapi akan melakukan hal yang sama. Tentu dia mempunyai alasan, dan ada juga penyebabnya. Tapi di dalam cerita ini kalian akan disuguhi oleh cerita yang tidak berurutan, namun memiliki akhirnya yang jelas.

Sebuah cerita fiksi yang dihimpun dari berbagai gejolakan, tentang seseorang yang semasa hidupnya dihabiskan dengan memilih. Memilih sebuah pilihan yang tidak banyak orang akan memilihnya. Namun kita semua tidak ada yang tahu kita akan berakhir seperti apa.

Terkadang orang-orang di luar sana lupa, ada kalanya mereka harus menangis, ada kalanya mereka harus tersenyum, ada kalanya mereka harus terluka, dan ada kalanya mereka harus merelakan. Lorong-lorong sunyi mempunyai dimensi yang berbeda, dan orang yang menyelami akan menemukan bahkan merasakan hal yang berbeda pula. Tidak ada salahnya kita menerka, merasakan, dan mengambil keputusan atas apa yang telah kita rasakan.

Ada orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, ada orang-orang yang tunduk pada perasaannya. Dan ada pula orang-orang yang mengingkari logikanya. Kita harus memilih. Orang lain pasti akan berceramah, melemparkan omong kosong kepada kita. Tetapi mereka tidak tahu sedikit pun tentang apa yang kita rasa dan alami. Mungkin di luar sana banyak orang yang mendadak suci dan bijak. Tetapi ketika mereka yang berkoar itu mengalami hal yang sama, apakah mereka sanggup untuk menceramahi dirinya sendiri? Tidak ada! Omong kosong! Mereka pasti akan mengeluarkan jurus alibi, membenarkan apa yang mereka lakukan dan mereka pilih. Sedang ketika dulunya mereka asyik berceramah, mereka mengutuk hal yang sama dengan apa yang mereka alami saat ini.

Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang ingin berakhir dengan cara sedih dan tragis. Tidak ada. Tentu kita semua berhak hidup bahagia dan berakhir dengan bahagia pula. Tetapi yang namanya manusia, mereka adalah manusia yang penuh dengan misteri. Mereka bisa berkata baik padalah sebenarnya tidak baik. Mereka bisa tersenyum padahal sebenarnya sedang terluka dan ingin menangis. Aku tidak akan menghakimi mereka yang berbuat seperti itu. Karena terkadang kita harus berpura-pura demi menjaga perasaan orang lain. Tetapi apa gunanya menjaga perasaan orang lain sedang kita sendiri merasa terluka dan tersiksa?.

Pada kenyataannya banyak banyak orang yang memilih untuk terluka sendirian, berkorban demi orang-orang yang mereka sayang. Namun sebenarnya mereka yang bersikap bodoh seperti itu adalah mereka yang sedang dijajah oleh perasaannya sendiri, dikhianati oleh harapannya sendiri.

Banyak sekali bintang-bintang di galaksi sana yang harus rela menjauh, merelakan sebuah rasi yang mereka inginkan. Terpisah oleh jarak yang teramat jauh. Sesekali mereka beredar mendekati bintang yang lain. Dan sering terjadi pula, masa mereka telah habis sebelum mendekat. Semua yang ada di alam semesta ini mempunyai masanya masing-masing. Bintang yang lambat laun akan pudar dan menghilang, dan manusia yang makin menua lalu musnah. Tidak ada yang perlu dirisaukan dari yang namanya kematian, karena sesuatu yang mati akan melahirkan sesuatu yang baru. Entah nantinya akan bernasib sama atau lebih baik. Atau juga lebih buruk. Keadaan yang sebenarnya adalah bagaimana kita memaknai kehidupan. Kita tidak perlu terus larut ke dalam kesedihan. Dan terus larut dalam kebahagiaan juga sangatlah tidak baik. Kita harus bisa menilai, berfikir, dan menikmati setiap jalan yang telah kita pilih. Aku yakin, penyesalan yang datang dalam diri kalian merupakan hasil dari pilihan kalian sendiri. Lalu, untuk apa kita menyesali yang sudah menjadi pilihan kita?

Kalian tidak perlu menyalahkan diri sendiri, tidak perlu menyalahkan orang lain, tidak perlu menyalahkan benda mati yang ada di sekitar kalian. Dan kalian juga tidak perlu menyalahkan Tuhan, karena Tuhan tidak tahu menahu atas pilihan yang telah kalian ambil. Tidak ada yang perlu disesali dan dipertanyakan. Semua yang mengalir dalam setiap denyut nadi kalian haruslah dinimkati, bila perlu dievaluasi. Tidak ada yang salah dengan yang namanya berdamai dengan kenyataan.

Berfikirlah wahai manusia. Apa guna kamu dilahirkan jika harus tunduk kepada takdir dan penyesalan?

BERSAMBUNG.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun