karya : Najiba Siti N (HTN 23)Â
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan keberagaman budaya dan agama, menjadi rumah bagi berbagai etnis, bahasa, dan kepercayaan. Nusa Tenggara Timur (NTT), sebuah provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia, menyajikan contoh luar biasa tentang bagaimana masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai dalam keragaman agama. Dengan semangat wasathiyah yang merajut keseimbangan dan toleransi yang kuat terhadap agama-agama lain, NTT menonjol sebagai teladan harmoni antarumat beragama.
Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi yang terletak di bagian timur Indonesia, dikenal dengan kekayaan budaya dan keberagaman etnisnya. Wilayah ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis seperti Flores, Sumba, Timor, dan Alor yang hidup berdampingan. Setiap etnis membawa budaya dan tradisi unik yang menciptakan harmoni di tengah keberagaman. NTT adalah contoh nyata bahwa keberagaman tidak hanya bisa diterima, tetapi juga bisa menjadi kekuatan yang memperkaya kehidupan sosial masyarakat.
Meskipun mayoritas penduduk NTT menganut agama Katolik dan Kristen Protestan, keberadaan agama lain seperti Islam, Hindu, dan kepercayaan tradisional juga diakui dan dihormati. Di NTT, perbedaan agama bukanlah penghalang, melainkan jembatan yang menghubungkan masyarakat. Masyarakat NTT telah berhasil menjadikan perbedaan agama sebagai dasar untuk memperkaya budaya dan mempererat hubungan sosial. Toleransi antaragama di sini sungguh menginspirasi.
Keberhasilan menjaga kerukunan ini tidak terlepas dari keterbukaan dan inklusivitas yang menjadi bagian integral dari budaya masyarakat NTT. Prinsip wasathiyah—yang menekankan keseimbangan dan moderasi—diterapkan tidak hanya oleh umat Muslim, tetapi juga meresap dalam nilai-nilai kehidupan seluruh masyarakat NTT. Sikap hidup ini memungkinkan mereka untuk menghargai perbedaan dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan beragama, menjadikan toleransi antarumat beragama sebagai sesuatu yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bukti nyata dari toleransi ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat NTT. Saat Natal tiba, tetangga Muslim dengan senang hati hadir untuk merayakan bersama, memberikan ucapan selamat, atau bahkan membantu mempersiapkan acara. Begitu pula saat perayaan agama lain seperti Nyepi atau Idul Fitri, warga dari berbagai agama saling mendukung dan menghormati. Keterbukaan ini memperlihatkan bahwa toleransi tidak hanya menjadi slogan, tetapi telah menjadi bagian dari budaya hidup masyarakat NTT.
Tidak hanya dalam merayakan hari-hari besar keagamaan, masyarakat NTT juga aktif dalam forum dialog antaragama. Mereka terlibat dalam diskusi yang memperkuat pemahaman antarumat beragama dan mempererat hubungan sosial. Forum-forum ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk berbagi pandangan, pengalaman, dan nilai-nilai universal seperti kasih sayang, perdamaian, dan kebersamaan. Dialog ini membantu memecahkan prasangka dan membangun rasa saling percaya.
Selain itu, pendidikan di NTT juga memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai toleransi kepada generasi muda. Melalui pendekatan inklusif, sekolah-sekolah di NTT mengajarkan pentingnya menghargai keberagaman dan menghormati perbedaan agama. Pendidikan ini bertujuan tidak hanya untuk memberikan pemahaman akademis, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa yang terbuka dan toleran, sehingga mereka dapat menjadi agen perdamaian di masa depan.
Keberhasilan NTT dalam memelihara toleransi agama menjadi contoh inspiratif bagi kita semua. Meski menghadapi berbagai tantangan, masyarakat NTT tetap berpegang teguh pada prinsip dialog dan toleransi. Melalui semangat wasathiyah dan sikap inklusif, mereka menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dirayakan dan dipertahankan demi mewujudkan masyarakat yang damai, harmonis, dan penuh kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H