Taman Narmada adalah taman air yang merupakan replika Gunung Rinjani dan danau Segara Anak. Taman ini termasuk salah satu tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Lombok, Taman yang dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem.
Berdasarkan dari kisah yang bapak mangku komang puji ceritakan Telaga agung di buat sebagai miniatur danau segara anak di gunung rinjani seagai pengganti tempat pelaksanan upacara pakelem setiap purnama ke-lima tahun caka(oktober-novmber) karna raja tidak mampu lagi kegunung rinjani dan raja juga melihat banyak dari rakyatnya tidak bisa mengikuti ritual keaagamaan naik kegunung rinjani karna faktor usia yang sudah tua. Upacar pakelem yaiitu upacara yang di kaitkan dengan kesuburan dan turunnya hujan, di sebut juga upacara meras danau. Di tepi telaga terdapat pancuran yang berbentu patung Gajah, patung Ksatria dan miniature candi dengan bentuk candi yang keseluruhannya menunjukkan tahun 1801 caka atau 1879 masehi yang yang menunjukkan selesai rehap telaga agung.
Singgah di Narmada serasa menapak kembali ke masa lalu, di mana jejak-jejak sejarah bertebaran di setiap sudut dan lekuk, menguarkan aura silam yang tak pernah luruh tergilas waktu.
Â
Taman Narmada berada di sebelah timur Kota Mataram, tepatnya di Desa Narmada, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Letaknya tepat di seberang Pasar Narmada.
Jarak Kota Mataram menuju Taman Narmada kurang lebih 11 km menuju arah timur. Apabila menggunakan kendaraan pribadi, maka perjalanan akan melewati rute: Mataram, Cakranegara, Sweta,Bertais dan akhirnya tiba di Narmada.
Taman ini luasnya kurang lebih dua hektare dengan skala 1 : 2000 dan memiliki bagian, antara lain: Pura kalasa, Bale Terang, Bale Loji, Telaga Kembar, Telaga Padmawangi, Halaman Bancingah, kolam renang, bale petirtan, halaman jabalkap, merajan, candi bentar, halaman mukedas, halaman pasarean, dan telaga ageng.
Air Awet Muda
Tersohornya objek wisata Narmada, salah satunya karena keberadaan Bale Petirtan, di mana di dalamnya terdapat sebuah mata air yang merupakan pertemuan tiga sumber mata air: tersebut sebagai air awet muda.
Bagi pengunjung yang ingin bersembahyang (umat Hindu) di Bale Petirtan, akan dikenakan pembayaran Rp50 ribu sebagai ganti uang banten, yang akan disiapkan penjaga. Selanjutnya, dengan berselendang di pinggang, pengunjung akan dipersilahkan memasuki bale untuk menghaturkan bakti.
Pada Bale Petirtan ini, air suci mengalir bening, yang bisa digunakan untuk membasuh muka atau bisa diminum langsung pengunjung usai bersembahyang. Apabila pengunjung tidak memiliki banyak waktu dan tidak sempat bersembahyang, bisa membeli air tersebut dengan harga Rp10 ribu per jerigen kecil.