Oleh : Ikhlasun Malik Fajar (Kabid PPPA HMI Komisariat Sunan Ampel Periode 2020/2021)
"Pertahankan rumah dan pekarangan kita sekalian." (Jendral sudirman)
Pesan singkat salah satu negarawan masa agresi militer puluhan tahun lalu diatas, jika direlevansikan dengan masa sekarang, boleh jadi secara implisit terselip makna "Bangsa Indonesia harus selalu menjaga keutuhan NKRI".
Hari ini, Saya buka sebuah buku karya Jendral besar AH Nasution, berkisah tentang perjuangan fisik sesudah proklamasi. Karena Memang, merebut kemerdekaan adalah perjuangan intelektual, perjuangan politik. Sesudah merdeka, barulah mulai ada peperangan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dilihat dari segi manapun, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, terurai lengkap dengan sumber daya alamnya. Bangsa yang berdiri diatas komponen  heterogen, memaksa para pemimpin bangsa pada saat itu merumuskan prinsip - prinsip dasar dalam menjalankan negara. Dengan semangat moderasi, lahirlah UUD NRI 1945, Pancasila, juga Bhinneka Tunggal Ika.
Selain daripada prinsip, aktor (pemimpin) yang berintegritas dan memiliki kompetensi juga wajib dimiliki negara sekarang. Adalah sebuah kenyataan bahwa problematika yang dihadapi bangsa semakin hari semakin kompleks. Kalau beberapa dasawarsa lalu mungkin tantangan besar nya bagaimana menghadapi kavaleri, infanteri, atau sebut saja militet asing. Hari ini persoalan begitu rumit, soal ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan ( IPOLEKSOSBUDHANKAM). Semua persoalan itu membingkai kehidupan masyarakat kita pada masa sekarang.
Maka dari itu, bangsa ini membutuhkan sosok pemimpin sekaligus negarawan untuk menyikapi hal tersebut.
Berbagai peristiwa hari ini yang tidak menguntungkan masyarakat mulai dari kesehatan, ekonomi, penegakan hukum, insfrastruktur, pelayanan publik, dan seterusnya yang menjadi polemik dalam masyarakat, memunculkan pertanyaan
Adakah pemimpin sekaligus negarawan?
Sejarah mencatat, era sebelum kemerdekaan Indonesia banyak melahirkan negarawan, sebut saja Sukarno, di era ini pula muncul pemimpin  seperti M. Natsir, Bung Hatta, Bung Tomo, M. Husni tamrin dan seterusnya. Dari sosok merekalah muncul istilah pemimpin pejuang. Dari mereka pula juga terlibat aktif menyatukan seluruh komponen bangsa dalam sebuah bangsa yang besar.
Sukarno-hatta memang Terpampang paling jelas dalam dokumen proklamasi, mereka berdua berdiri didepan mikrofon memproklamasikan kemerdekaan. Tapi dibalik mereka berdua ada ratusan, bahkan ribuan orang perintis kemerdekaan yang berjuang lintas waktu hingga kita bisa merdeka.
Secara definitif tidak ada ketentuan secara baku dan jelas mengenai arti "Negarawan". Tapi paling tidak dapat kita simpulkan bahwa  negarawan adalah orang yang selalu memikirkan nasib bangsa dan negaranya sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak mementingkan pribadi atau kelompoknya. (Prof. Mahfud MD, dalam Today's dialogues metro tv)
Dalam situasi politik saat ini bukan tidak mungin muncul sosok pemimpin yang hanya ingin narsis dan membanggakan diri karena sistem politik yang ada pada saat ini, mereka mendapatkan tempat karena sistem demokrasi yang marak dengan politik uang, sehingga memunculkan banyaknya politisi instan. Alhasil motifasi kekuasaan dan kepentingan golongan jauh lebih kuat dibanding tujuannya untuk mensejahterahkan masyarakat, yang mengakibatkan telinga kita tidak asing lagi mendengar reportase kasus korupsi, kolusi & nepotisme. Â Berangkat dari sinilah perasaan saya mengatakan kalau Indonesia hari ini minus negarawan.