Mohon tunggu...
HMI SunanAmpel
HMI SunanAmpel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anggota HMI Komisariat Sunan Ampel

Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu, sampaikan dengan amal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pick Me Girl?

9 Oktober 2022   13:59 Diperbarui: 9 Oktober 2022   14:02 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan sering kali menjadi diskursus yang panjang jika dikaji. Seistimewa itu, hingga setiap persoalan mengenai perempuan memiliki bilik khususnya masing-masing. Banyak sekali isu-isu mengenai perempuan yang dapat dibahas, salah satunya yaitu adanya pick-me girl yang merupakan salah satu fenomena turunan dari internalize misogyny. 

Perilaku menghina, merendahkan, ataupun membenci perempuan lain yang tidak sesuai dengan standar yang dia tetapkan sendiri. Hal ini menjadikan seorang perempuan yang mengalami internalize misogyny memiliki pendirian "I am not like other girls," cara berpikir yang dapat merugikan perempuan lain dan bahkan dirinya sendiri.

Perempuan pick-me pada umumnya membutuhkan validasi dari orang lain---khususnya lawan jenis (Memiliki feeling to get attention). Kita ambil satu contoh untuk membuat teman-teman lebih paham dan dapat menggambarkan dengan lebih jelas seperti apa pick-me girl yang kita bicarakan ini. 

Jika teman-teman bertemu dengan seorang perempuan anti make up yang sedang mencemooh perempuan lain dengan beberapa riasan di wajahnya, dengan berkata, "Kalo aku sih ga pake make up ya, cukup pake air wudhu aja," atau "Apa Cuma aku ya yang gak pake skin care? Biasanya Cuma pake bedak bayi si." Perempuan seperti ini ingin dirinya terlihat berbeda, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bisa lebih baik dari perempuan lain yang saat ini sedang gencar-gencarnya memburu alat make up dan skin care.

Selain itu, pick-me girl juga dapat lahir karena stereotipe yang membudaya. Berbagai label seperti, perempuan harusnya mengurus rumah. Perempuan harus lemah lembut. Perempuan harus bisa memasak dan lainnya, membuat anak perempuan yang sudah terdidik seperti itu sedari kecil akan memandang perempuan lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dia yakini---perempuan karir, memiliki sedikit sifat maskulin, dan tidak bisa memasak adalah 'salah'.

Begitu pun atas dirinya sendiri, jika dia tidak beruntung karena kegagalan memenuhi standar yang dia buat sebelumnya, perempuan yang melakoni internalize misogyny ini akan tenggelam dalam lubang 'insecurity'. Akan sangat melelahkan hidup perempuan pick-me ini, bukan? Terlebih lagi, fenomena ini bisa dibilang sangat rentan, karena sering kali orang-orang yang mengalaminya tidak sadar bahwa yang sedang dia lakukan adalah bentuk dari internalize misogyny.

Dengan begitu, perlu adanya kesadaran dari masing-masing kita---khususnya perempuan. Bahwa setiap orang memiliki hak atas dirinya sendiri. Selagi itu tidak mengganggu hak orang lain, sah-sah saja memilih apa yang disuka. Jika mungkin mendapati perbedaan, kita boleh tidak suka dengan pilihan orang lain, tapi kita tidak berhak menghakimi apa lagi merendahkan mereka. Setiap orang spesial. Setiap perempuan cantik dengan keunikannya masing-masing.

Hidup, Perempuan Indonesia!

Yakin Usaha Sampai!

#PickMeGirl

Oleh: Ayu Puja Pangestu 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun