Mohon tunggu...
Heri TKM
Heri TKM Mohon Tunggu... Freelancer - Proyek Nulis Buku Bareng

MOTIVATOR MENULIS\r\nPelatih Internet Marketing Jawa Timur\r\n - Founder: PNBB [Proyek Nulis Buku Bareng] http://on.fb.me/1e87ABM - www.proyeknulisbukubareng.com\r\nwww.hmcahyo.com\r\nAktivis OpenIdea (opensource bloggig) - following this movement\r\nhttp://freeculture.org\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mimpi Kebebasan Pendapat, Mimpi yang Absurd

13 Mei 2012   00:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:23 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya tergelitik membuat tulisan ini setelah ustdaz Halimy Zuhdy, Pengajar di UIN Maliki Malang, memberikan sebuah tautan di Grup Persahabatan Menulis. Tautan tersebut dari situs Hidayatullah berisi berita “Pengusiran Irshad Manji di Kampus UGM” yang dikenal sebagai dan bangga menyebut dirinya sebagai tokoh muslimah lesbian – yang banyak dipuja-puja sebagian orang “karena keberaniannya” berpendapat.  Kali ini saya tidak akan mengomentari pemikiran Irshad Manji - perempuan keturunan Uganda yang saat ini bermukim di Kanada – silahkan anda nilai sendiri.

Namun  saya hanya hendak sedikit, memberikan pendapat saya, terkait, pernyataan-pernyataan mereka yang  mengakau kaum akademisi dan repotnya lagi satu diantara mereka ini sudah kadung di tokohkan sebagai “orang penting” di suatu organisasi keagaamaan.

Mereka menyesalkan dan menyatakan bahwa Kampus UGM, tidak mendukung kebebasan berpendapat dan kebebasan akademik.

Nah, pada poin kebebasan berpendapat dan kebebasan akademik inilah yang hendak saya sentil.

Saudara sekalian, saya pribadi meyakini, bahwa selama anda hidup dan sampe mati dan anda tinggal di kolong langit ini tidak ada yang namanya kebebasan berpendapat. Ya, sekali lagi tidak ada kebebasan berpendapat, sampai kapanpun, baik anda suka ataupun tidak, baik anda masih hidup atau jasad anda sudah dimakan rayap dan menjadi tanah, tidak ada saudara. Silahkan ngeyel sengeyel-ngeyelnya, kalo memang ada kebebasan berpendapat itu ada.

Hehehehee…. Silahkan panik dan panas, tapi mari kita coba pikirkan beberapa contoh berikut dengan baik, kemudian apa pendapat anda?

Pertama, Fenomena kelahiran anda, dan semua makhluk hidup di dunia ini, adalah menunjukkan bahwa kebebasan berpendapat dan berkehendak itu tidak ada – coba kalo anda bisa berpendapat dan berkehendak, pasti anda bisa milih lahir dari rahim siapa, dimana, jam berapa, dan dengan warna kulit apa. Tapi nyatanya adakah orang yang bisa seperti itu?

Baiklah, silahkan anda jujur, bisakah anda protes? Menggunggat ibu anda? Dan seterusnya?

Kalo anda sudah bisa menggugat ini, berarti anda sudah bisa bebas berpendapat dan berkehendak.

Kedua, baiklah kalo masih ada yang ngeyel kebebasan berpendapat itu masih ada dan sah. Oke, sekarang saya tantang anda untuk melakukan sebuah TES berikut – kalo anda memang benar-benar menyatakan bahwa kebebasan berpendapat itu ada.

Tesnya adalah: pergilah ke sebuah alun-alun, atau pusat keramaian seperti Mal, pasar atau terminal, kemudian, cari seseorang yang penampilan dan wajah serta pustur dan gerak-geriknya tidak ada sukai – lebih baik lagi kalo orang tadi ada potongan preman - kemudian datangi orang tersebut, dan tanpa salam segera katakana padanya: “Bangsat, kamu ini bikin mata orang sepet, ngapain kamu di sini, …. Dan seterusnya, intinya keluarkan segala yang tidak anda sukai yang ada dikepala anda terhadap orang tersebut, tanpa anda tutup-tutupi, keluarkan begitu saja. Setelah itu tunggu reaksi orang tersebut atau orang-orang disekitar anda… kalau anda sudah melakukan ini dengan baik dan benar maka saya akan katakana dan saya akan mengakui bahwa anda memang benar-benar seorang yang penganut kebebasan pendapat yang pemberani.

Ah, terlalu ekstrim!

Oke, deh, kalo terlalu ekstrim, coba yang ini: sekarang anda sebagai apa? Mahasiswa? Dosen? Karyawan? Atau cuman seorang anak?

Sekarang, silahkan anda ungkapkan segala yang tidak anda sukai – semuanya tanpa batas – apa saja tidak ada yang boleh disembunyikan, kepada dosen anda, kepada rector anda, kepada pimpinan anda dan kepada orang tua anda. Ingat, kata kuncinya SEMUA YANG TIDAK ANDA SUKAI dan ungkapkan dengan bahasa sebebas-bebasnya tanpa ada penghalang, kalo memang bisa berkata dengan kasar itu lebih baik, karena akan semakin menunjukkan bahwa anda pendukung kebebasan berpendapat.

Oke, silahkan lakukan dua itu dulu baru anda berikan pendapat anda, tentang kebabasan berpendapat. Jika sudah mari kita sharingkan hasilnya dan kesimpulannya. – kalo anda belum berani – berarti anda setuju dengan saya, bahwa tidak ada yang namanya kebebasan berpendapat itu.

Ketiga, oke kalo langkah kedua sudah anda lakukan, sekarang langkah terakhir. Silahkan jika memang anda suka, tentukan kapan anda mati, dimana, jam berapa, dalam keadaan apa dan bersama siapa.. silahkan, anda berpendapat.. dan kita tunggu hasilnya… apakah anda bisa melakukan sesuai dengan yang anda pikirkan.

Wah, berat dan ngaco ini!

Lho kok dihubung-hubungkan antara kebebasan pendapat dan kehendak, perbuatan serta kematian?

Begini saudara… kalo kita cuman bisa berpendapat doing tanpa bisa melakukan itu sejak anak kecil juga yang baru ngomong juga bisa, gak perlu kuliah S-3.

Ah, saya kok jadi ingat Pak Ersis yang suka ngeledek dosen-dosen yang suka mendongeng dan suka mebangga-banggakan hasil pemikiran orang lain, tetapi nulis diktat kuliah aja kagak bisa… hedeh… kalo cuman omong doang semua orang ya bisa hehehe..

Mboh wes, ini hanya sekedar, melemaskan otot menulis, setelah hampir seminggu tidak menulis. Dan sekedar menuliskan apa yang ada pada pikiran bukan memikirkan apa yang anda tuliskan hehehe….

Irshad Manji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun