Antara April 2015 dan Januari 2016 : ternyata terasa begitu cepat.
Rasanya baru kemarin sore - saat saya dengan beberapa temen dosen dan mahasiswa UIN Maliki, menyaksikan mbak Helvy Tiana Rosa (HTR) - "presentasi" dalam rangka road-show untuk mengumpulkan dana patungan demi mewujudkan idealismenya membuat film "Ketika Mas Gagah Pergi" (KMGP) sebagaimana apa adanya seperti yang ada di cerpen atau novelnya, tanpa banyak distorsi dan menghilangkan bagian-bagian penting, seperti cerita tentang kepedulian terhadap palestina, menjadi salah satu ruh dalam cerita KMGP.
Sekedar informasi - bagi yang belum tahu - bahwa sebenarnya KMGP sudah hendak dibiayai dan digarap sebuah production house (PH) - tetapi HTR tidak berkenan ketika banyak hal-hal penting - seperti dihilangkannya bagian yang ada tentang palestinanya dan juga pemilihan pemainnya yang diambil dari artis-artis yang "tidak nyambung dengan ruh" dari cerita KMGP. HTR, ingin pemeran utama dalam film itu adalah benar-benar orang yang bisa menjiwai peran yang ada di cerita KMGP.
Karena alasan-alasan itu akhirnya HTR dan timnya ber-ijtihad untuk membuat film dengan dana saweran alias "crowd funding" - dan melakukan audisi sendiri terhadap para pemeran utamanya.
Konsekuensi dari keputusan tersebut maka HTR dengan dibantu temen-temen dan sebuah lembaga kemanusiaan yang ingin film tersebut dihadirkan apa adanya melakukan road show ke berbagai kota, menjelajahi dari satu kampus ke kampus lain, dari sekolah hingga pesantren-pesantren.. dari road show tersebut banyak sekali cerita-cerita yang menginspirasi seperti ketika seorang anak berbaju kumal menyerahkan uang uang lusuh tabungannya karena ingin film KMGP bisa terwujud.
Ya, road show crowd funding KMGP yang mengusung tag-line "..dari kita untuk dunia.." ini sampai juga ke UIN Maliki Malang.. saya ingat betul bagaima dekan Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maliki yang begitu gembira menyambut kedatangan HTR mempromosikan pembuatan KMGP. Bu Dekan, dalam sambutannya mengatakan sudah saatnya masyarakat disuguhi dan mengkonsumsi film-film edukasi yang mengusung nilai-nilai luhur islam, beliau juga prihatin dengan banyaknya sinetron yang lebih banyak "merusak" dan mempromosikan hal-hal yang bahkan bertentangan dengan budaya indonesia.
Diakhir acara tersebut secara sukarela digalang dana dan terkumpulkan sejumlah uang, yang nilainya mungkin masih jauh dari yang dibutuhkan, tetapi hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa dengan roadshow tersebut HTR telah berhasil menggugah kesadaran dan mengajak masyarakat untuk memperjuangkan dan membiayai sebuah proyek sosial yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Kini saat mengakiri bulan Januari 2016 - ketika KMGP sudah melebihi waktu 7 hari tayang di jaringan bioskop ternama..KMGP menjadi film nasional yang paling banyak ditonton di awal tahun 2016.
Ada pelajaran penting yang saya ambil dari proses bagaimana film KMGP ini bisa terwujud seperti saat ini: Bahwa idealisme itu memang perlu diperjuangkan dan dibutuhkan totalitas untuk mewujudkannya. Dan ketika perjuangan dan totalitas tersebut bertemu dengan takdirnya..maka tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki..
*******
Lawang, 30 Januari 2016
Ditulis saat menunggu antrian Dokter Gigi di Puskesmas Lawang.
Dikirim dari ponsel cerdas BlackBerry 10 saya dengan jaringan 3 Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H