Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Salam Sukses dan Sejahtera dari Pak Juju

29 Oktober 2017   22:07 Diperbarui: 29 Oktober 2017   22:19 2031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh H.M. Ambaldy Djuardi, Direktur dan Pemilik "Juliana Jaya" 

1---Perkenankanlah saya berbagi kebahagiaan, ketika pada September 2017 kami mendapat penghargaan dari HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia). Penghargaan disampaikan pada hari jadi HIPKI yang ke-40, diterimakan kepada saya, Ambaldy Djuardi alias Pak Juju, dalam kategori "Pengabdian Pengelola Pendidikan Non Formal Sepanjang Hayat". Barangkali penghargaan kategori tersebut diberikan kepada saya karena telah mendirikan dan memimpin kursus menjahit JULIANA JAYA sejak 40 tahun yang lalu dan tetap eksis hingga kini (1977---2017).

Saya bahagia, mendapatkan hal yang tak pernah terpikirkan oleh saya, dan hal tersebut merupakan pengakuan. Suatu pengakuan yang niscaya juga dapat membanggakan Anda, karena saya tahu, orang-orang sukses sangat menghargai jerih-payah. Anda orang sukses, saya yakin, yang menapaki anak-anak tangga kesuksesan, bisa menghargai jerih-payah, dan satu lagi, berani memandang yang kecil adalah sangat besar.

Penghargaan itu tak pernah terpikirkan oleh saya, karena saya hanya tahu kerja, kerja, dan kerja. Dengan tak kenal lelah dan pantang menyerah, maju terus pantang mundur, mengembangkan dari satu buah tempat kursus menjadi dua, lalu dua menjadi tiga, dan seterusnya. Hingga Oktober 2017, terdapat 30 cabang kursus menjahit "Juliana Jaya" di mana-mana.

Saya bahagia, dan harapan saya, Anda bisa memetik hikmahnya, dan karena itu bahagia juga. Saya memiliki puluhan cabang "Juliana Jaya" bukan dengan begitu saja, tetapi melalui proses yang alot. Jika Anda mengalami umpama kesulitan-kesulitan di masa kini, mungkin belum seberapa dibandingkan dengan yang saya alami di masa lalu. Lebih-lebih lagi jika Anda masih relatif muda, tak pantas umpama berputus asa, sedangkan yang relatif sudah berusia pun tak pernah berputus asa.

Saya masuk Jakarta tahun 1967, setelah lulus  Sekolah Teknik Menengah (STM, kalau sekarang SMK). Saya berasal dari Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Setelah menganggur beberapa waktu, lalu saya berjualan roti, dengan cara memanggulnya, berjalan kaki ke sana ke mari. Pada awal-awalnya ada rasa kurang sreg juga. Kalau ada banyak orang, saya diam saja. Tapi kalau tak ada orang malah saya teriak menjajakannya, ....."Booot...Bottiii...". Entah kenapa waktu itu, dagangan ROTI tapi teriakan menjajakannya dengan kata BOTI..... Saya tak tahu, hanya ikut-ikutan teman-teman saja.

Seiring berjalannya waktu, perasaan kurang sreg itu pun sirna, dan berganti dengan semangat menjajakannya secara aktif. Lebih-lebih lagi ketika lalu saya beralih jadi tukang dagang mainan anak-anak, mangkal di sekolah-sekolah, dan kalau sore hingga malam di depan gedung bioskop, saya lebih aktif lagi karena juga disertai dengan gaya-gaya yang atraktif dalam menjajakan dagangan. Itu pula merupakan ekspresi kesungguh-sungguhan dalam bekerja.

Mengenai membuka kursus, itu bermula dari saya mengikuti kursus membuat sabun cream detergent. Kemudian saya ajak guru kursus membuat sabun tersebut bekerja sama, menyelenggarakan kursus yang sama di tempat lain, dia yang mengajar, saya yang mencari muridnya. Saya pasang iklan di koran, dan berhasil mendapatkan murid banyak sekali. Lalu saya ada ide untuk mendirikan kursus montir sepeda motor, dan selanjutnya kursus menjahit.

Singkat cerita seperti itu perjalanan kisahnya. Tetapi liku-likunya banyak sekali. Jika Anda tengah menghadapi liku-liku usaha yang seolah-olah tak memberikan hasil yang memadai, oleh karenanya, hendaklah tak terburu-buru memvonisnya sebagai kegagalan. Semua kesulitan harus dihadapi dengan semangat membara membangun hari esok yang lebih baik.

Mengerjakan yang kecil dengan cara berpikir besar, maka yang kecil itu akan jadi besar. Mengerjakan yang besar dengan cara berpikir kerdil, dapat dipastikan yang besar itu akan jadi kecil, bahkan bisa berakhir dengan hancur berkeping-keping. Kalau mau punya cara berpikir kerdil, gampang, remehkan saja yang kecil-kecil dan agungkan yang besar-besar. Kalau mau punya cara berpikir besar, juga gampang, hayati hakekat yang kecil itu sesungguhnya besar dan yang besar berawal dari kecil.

Terlalu membayangkan hasil, bisa stres sendiri. Mending kalau stres ada yang menemani. Tetapi apakah ada orang sukses yang mau menemani orang stres? Sedangkan orang stres berkumpul dengan orang-orang stres juga, akibatnya tambah runyam. Lebih baik menjalani proses dengan kesungguh-sungguhan yang utama. Mengutamakan proses pun merupakan cerminan cara berpikir besar. Dengan demikian mudah pula berteman dengan orang-orang sukses, yang niscaya akan membawa pada kesuksesan yang jadi idaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun