Mohon tunggu...
Ahmad Arif Marzuki
Ahmad Arif Marzuki Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pegawai Swasta

Manusia yang lagi belajar

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel "Re: dan PeRempuan"

17 April 2023   15:10 Diperbarui: 17 April 2023   15:53 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu kata yang terkadang sulit untuk dipahami oleh manusia adalah takdir. Aku melihat pemahaman yang khas dari setiap orang dalam mengartikan kata takdir. Mulai dari yang acuh dengan istilah itu sampai kepada orang yang sangat amat menghayatinya.

Jika aku memperhatikan banyak cerita perjalanan hidup orang-orang, mereka yang berhasil untuk tulus menjalankan hidupnya hingga masuk ke dalam ketenangan adalah mereka yang berhasil memahami apa itu takdir, terlepas apakah mereka menyebutkan kata itu atau tidak, akan tetapi pemahaman tentang konsep itu yang mungkin menjadikan mereka dapat tumbuh melangkah dengan penuh ketulusan.

Salah satu takdir yang di luar jangkauan kuasa manusia adalah 'keputusan di mana dia dilahirkan'. Membaca cerita Rere yang disapa Re: (dengan titik dua), membuka mataku bahwa mempersalahkan takdir tidak akan mengubah apa pun.

Aku membayangkan bagai mana aku jika menjadi sosok Re: yang lahir dari seorang ibu tanpa ayah. Bukan seperti Siti Maryam yang melahirkan tanpa suami karena merupakan mukjizat dari Tuhan. Bukan juga seperti anak yatim, kendati tidak punya ayah orang-orang tahu bahwa anak itu ditinggal mati oleh bapaknya. Bahkan Tuhan menyuruh kita untuk menyayanginya, dan dijanjikan ganjaran pahala yang berlipat dari-Nya.

Bagaimana dengan Re:? Dia tidak memiliki ayah karena ibunya hamil ditinggal pergi oleh lelaki tidak bertanggung jawab. Disebut apa anak seperti Re:? Ya, anak haram. Dia tidak pernah minta untuk dilahirkan sebagai anak haram itu. Tetapi apa yang bisa dilakukan? ini di luar kuasa manusia.

Tidak usah aku ceritakan bagaimana penderitaan yang ia terima karena takdir yang bukan kuasanya itu. Bahkan sejak masih di kandungan, ia hampir dimatikan karena status 'anak haram' tersebut. Penderitaan yang dia alami terus berlanjut, hingga ia masuk ke lubang yang tidak pernah disangka olehnya, lubang yang tidak pernah direncanakan olehnya, yaitu lubang pelacuran.

Kalian baca ceritanya kalian akan melihat apakah dunia pelacuran itu kehendaknya atau bukan. Aku pun terhenyak, bahwa ada orang yang melacur karena takdir, karena keadaan hidup yang tidak ada pilihan kedua dan ketiganya.

Memahami penderitaan Re: tidak hanya membuatku sedih, lebih dari itu memberikanku kesadaran bahwa aku harus bisa memandang dengan mata manusia biasa, bukan dengan mata hukum yang kaku, bukan juga dengan mata malaikat yang jauh dilangit sibuk dengan sesamanya.

Seorang pelacur lesbian yang selalu memiliki kebijaksanaan yang mendalam lebih dalam dari orang normal pada umumnya. Salah satu perkataannya:

Karena selama ini berada di tempat gelap, terbiasa dalam gelap. Melihat dalam kegelapanlah yang membuat semuanya menjadi jernih, menjadi terang. Apa yang semula tak terlihat, bisa menjadi nyata. Setitik cahaya di kejauhan pun menjadi terlihat seperti pendar cahaya berlian. Beda kalau saya melihat dari tempat terang. Silau sampai-sampai benda yang di depan mata pun bisa tidak terlihat.

Dan perempuan ini yang dilabeli sampah masyarakat, mempunyai seorang anak baik hati yang sukses menempuh pendidikan sampai jenjang Ph. D ekonomi di Jepang. Melur namanya, ia sama seperti ibunya lahir tanpa ada bapak yang bertanggung jawab.

Cerita perih, penderitaan, pengorbanan Re: terungkap lewat ketikan jari mahasiswa tingkat akhir Kriminologi yang sedang membuat skripsinya. Bisa ditebak bahwa Re: adalah objek penelitiannya, yang dikemudian hari menjadi teman bahkan motivator pendorong si mahasiswa untuk menyelesaikan skripsinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun