Mohon tunggu...
Ahmad Arif Marzuki
Ahmad Arif Marzuki Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pegawai Swasta

Manusia yang lagi belajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Minimalis Gaya Hidup Logis

29 Juni 2019   23:23 Diperbarui: 29 Juni 2019   23:26 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari Youtubenya Raditia Dika saya mengenal gaya hidup minimalis. Dan sejak saat itu saya coba cari tahu apa itu gaya hidup minimal. Karena dari apa yang dijelaskan oleh Radit sepertinya minimalis itu rasional dalam melihat materi yang berhamburan ini. Dan dalam melihat barang sepertinya jauh lebih bijak sana.

Saya coba cari tahu di beberapa artikel yang tersebar di internet. Sampai pada akhirnya saya beli dua e-buku mengenai hidup minimlis. Yang pertama bukunya Francine Jay diterbitkan oleh Gramedia dengan judul Seni Hidup Minimalis. Yang kedua Fumio Sasaki diterbitkan Gramedia juga dengan judul Hidup Minimalis Ala Orang Jepang.

Dari kedua buku ini setidaknya saya banyak belajar dan mulai tertarik untuk memperaktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena benar-benar rasional dan bijaksana menurut saya dalam melihat sebuah materi.

Dari kedua buku itu tulisan Francine Jay terlihat lebih sistematis dan mudah untuk dipahami. Berbeda dengan buku setunya Fumio Sasaki yang sedikit lebih abstrak. Akan tetapi keduanya menuliskan dengan Bahasa yang sangat ringan, sehingga menurut saya dapat dibaca oleh semua kalangan. Dan juga saya mendapatkan dalam tulisannya Fumio Sasaki, nuansa yang lebih ketat saat menjalankan gaya hidup ini, ketimbang bukunya Francine Jay.

Tetapi saya tidak akan membahasa lebih mendalam bagaimna kedua buku itu. Saya akan lebih banyak berbicara tentang minimalis itu sendiri berdasarkan yang saya pahami dan yang saya pikirkan setelah membaca kedua buku itu.

Ketika kita berbicara tentang gaya hidup, maka hal yang paling dasar adalah pola pikir. Ya, pikiran adalah hal yang paling dasar. Karena apa yang kita pikirkan akan menentukan apa yang kita perbuat sehingga menjadi kebiasaan dan menjadi gaya hidup setiap hari. Bagi saya, berpikir secara minimalis alias minimalisme tidak semerta-merta menghasilkan pola hidup yang sama diantara sesama minimalis.

Karena dalam penerapannya akan dikembalikan kepada diri setiap individu. Ada yang bias menjalankan secara ekstrim dan ada yang lebih ringan. Tidak ada keriteria khusus seberapa banyak barang yang dimiliki seorang minimalis, sehingga yang lebih dari batas itu tidak disebut demikian. Sekali lagi bagi saya yang paling mendasar dalam menjalankan gaya hidup adalah pola pikir.

Terus bagaimana pola pikir atau cara berpikirnya seorang minimalis? Hal ini akan sedikit-sedikit kita bahas hingga kita dapat merefleksikannya sendiri-sendiri. Dan dapat menerapkannya sesuai dengan konteks kehidupan setiap dari kita.

Seorang minimalis tidak sekedar mereka yang paling sedikit barangnya. Akan tetapi lebih komprehensif lagi yakni orang yang tahu persis hal-hal apa saja yang bersifat pokok bagi dirinya, dan yang mengurangi kepemilikan barang demi memberikan ruang bagi hal-hal utama itu, kata Fumio Sasaki. Dia juga menjelaskan bahwa minimalis adalah orang yang dapat membedakan kebutuhan dan keinginan. Karena tidak semua yang kita inginkan itu kita butuhkan.

Seorang minimalis dengan beberapa barangnya (https://www.japantimes.co.jp )
Seorang minimalis dengan beberapa barangnya (https://www.japantimes.co.jp )

Demikan setidaknya kita dapat melihat bahwa cara pikir seperti ini sebenarnya kita sudah tahu dan memang bijaksana, akan tetapi kita suka lupa dan terbawa oleh gaya atau kebiasaan yang komsumtif. Padahal dibalik pikiran sederhana itu akan memberikan kita nilai positif lebih banyak ketimbang selalu berpikir konsumtif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun