Mohon tunggu...
Hari Listrik Nasional PLN
Hari Listrik Nasional PLN Mohon Tunggu... Karyawan -

Akun resmi yang menayangkan hasil artikel pegawai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dalam kegiatan blog competition "Kerja Nyata Terangi Negeri". Email: hln71@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Kisah Usang di Balik 23 Tahun di PLN

26 Oktober 2016   13:59 Diperbarui: 27 Oktober 2016   10:38 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antara Guru Dan Pekerja Listrik

Menempuh pendidikian di perguruan tinggi boleh jadi merupakan keinginan semua pelajar yang lulus SLTA. Ada kebanggan ketika disebut Mahasiswa, apalagi mahasiswa perguruan tinggi negeri. Kebetulan penulis saat itu tengah menempuh pendidikan  di perguruan tinggi negeri Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan ( IKIP ) Ujung Pandang, Fakultas Pendidikan danTeknologi Keguruan ( FPTK ) jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Kenapa memilih kuliah di IKIP, maklum sejak kecil memang bercita cita jadi guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Bahkan Lagu Hymne Guru hapal luar kepala hingga saat ini, saking cintanya pada profesi guru.

1993 saat penulis memasuki semester IV di IKIP, penulis iseng iseng seleksi penerimaan calon Pegawai PLN Wilayah VIII saat itu. Niat pertama sebenarnya sekedar uji kemampuan akademik, namun ternyata lulus seleksi penerimaan hingga dinyatakan berhak untuk diangkat menjadi pegawai PLN Wilayah VIII. Ada gundah dalam hati bahwa cita cita untuk menjadi guru pupus sudah. Tapi keyakinan bahwa inilah jalan pengabdian yang Tuhan tunjukkan selain jadi guru. Menjadi pekerja listrik di perusahaan listrik negara.

Dari Puncak Bakaru ke Lembah Pakkatto

Pusat Listrik Tenaga Air Bakaru pada Sektor Bakaru menjadi fase pertama tempat meniti karir sebagai pekerja listrik, tepatnya Nopember 1993. Tempatnya cukup jauh dari kota. Dikelilingi bukit dan gunung gunung membuat pemandangan nan indah. Tinggal di kompleks perumahan yang jauh dari perumahan penduduk menjadikan kami setiap saat bertemu satu sama lain. Ke kantor pun kami jalan kaki sepanjang satu kilo meter mendaki dan menurun. interaksi dengan masyarakat setempat sangat jarang. Seminggu sekali kami turun di Pasar Bungi untuk belanja keperluan selama seminggu. Kadang naik bis dinas kadang pula naik dump truk jam 04.00 dini hari hingga sholat shubuh di masjid dalam perjalanan.

Februari 1994 OJT berakhir dilanjutkan dengan fase kedua yakni Pendidikan Bela Negara di Resimen Induk Kodam VII Wirabuana Pakkatto. Di lembah inilah pembinaan mental, kesamaptaan, disiplin dan jiwa korsa digembleng. Saat itu Bulan Ramadhan yang mewajibkan kami berpuasa sambil latihan militer. Berat memang, tetapi berkah Ramadhan membuat kami semangat hingga akhir pendidikan selama dua minggu. Pendidikan prajabatan dan pembidangan selama tiga bulan kami laksanakan di Udiklat Makassar. Selama tiga bulan kami masih menggunakan seragam seperti saat bela negara. Apel pagi dan baris berbaris masih mewarnai hari hari prajabatan ini.

Operator dan Pemeliharaan Thermal

Pasca diklat Prajabatan, penempatan penulis bersama 8 orang lainnya di PLN Sektor Tello. Pembangkit thermal menjadi pekerjaan kami sehari hari. PLTU Tello, PLTG Tello dan PLTD Tello adalah tiga jenis mesin thermal yang ada di PLN Sektor Tello. Disamping unit pembangkit yang ada di Sulawesi Tenggara. PLN Sektor Tello juga membawahi Unit Tragi Tello. Memelihara mesin thermal khususnya pemeliharan listrik dan kontrol instrumen sekaligus memelihara peralatan gardu induk menjadi rutinitas sehari hari.

Terbakarnya NGR Trafo Distribusi 20 kV 20 MVA GI SS0 Tello menjadi pengalaman yang pertama dalam karirku. Kegagalan system proteksi menjadi penyebabnya. Ada gangguan pada Penyulang PDAM, namun PMT Penyulang tidak trip walaupun ada perintah relay. Inilah pengalaman betapa pentingnya pemeliharaan system proteksi. Mulai dari relay, Battery sumber DC, tripping coil pada PMT, kabel wiring, system pentanahan dan lainnya.

Pengalaman berikutnya saat manuver  GI SSO sisi 34,5 kV, saat di energize inilah terjadi ledakan pada CT nya, kejadian ini yang menyebabkan 3 orang teman kami luka bakar yang sangat serius, ke tiganya cacat seumur hidup.

Sebagai operator PLTG, terbakarnya combustion compartment PLTG Westcan menjadi pengalaman berikutnya. Dua kali start unit tapi gagal menjadi pemicunya. Ruang bakar nomor tiga gagal, menyebabkan semprotan HSD tidak terbakar. HSD inilah yang meluber keluar ruang bakar sehngga menyebabkan kebakaran. Penulis belum pernah pelatihan menggunakan APAR, Kami masih berdua Kepala jaga saat itu Pak Ambo Rappe sehingga beliaulah  yang menggunakan APAR untuk memadamkan api, namun sial selang tabung pemadam bocor dan menyemprot ke wajah beliau, Pak Ambo pingsan. Di tengah kepanikan antara memadamkan api dan menolong Pak Ambo datanglah Pak Marthen Kambuno, Enginer Operasi kami. Pak Marthen lah yang melanjutkan memadamkan api dengan tabung pemadam yang lebih besar. Saya menolong Pak Ambo Rappe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun