Mohon tunggu...
Sahabat Husnil
Sahabat Husnil Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya bernama Husnil Mubarak, berasal dari Kota Parepare, daerah yang sangat kecil namun sering di sebut Tana Uddani (bahasa bugis) yang berarti tanah yang selalu di rindukan. Memang Kota Parepare di apit oleh tiga daerah yakni Pinrang, Sidenreng Rappang dan Barru.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kisah dan Kasih di Lembaran ke-29

28 Februari 2022   23:00 Diperbarui: 28 Februari 2022   23:21 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perjalanan telah dilalui telah berada di halaman ke-59 dalam tahun ini, yang memiliki banyak impian untuk diraih bersama langkah yang masih nyasar kesana-kemari. Banyak disekitar kita mengatakan perjalanan ini biarlah Tuhan yang mengaturnya tapi keyakinanku adalah perjalanan tersebut hasil dari keputusan kita bukan Tuhan yang memberikan jalan ini untuk dilalui.

Kalau kita berada dijalur ini, maka Tuhan hanya akan memberikan restu dan rintangan untuk bagaimana kita tetap komitmen pada keputusan yang di ambil hari ini. Aku bukan sok jagoan yang paham betul tentang agama namun yang selama aku pelajari begitulah adanya bukan ada apanya... hehehee....

Kebanyakan kita hidup bersama agama untuk menjadi lebih baik bukan lagi dimaknakan sebagai sebuah perjalanan hidup. Kehidupan bertetangga menjadi terkikis akibat tidak sealiran dalam memaknai agama yang dianutnya. Sekali lagi saya bukan Ahli Agama atau bukan Ulama, saya hanya manusia yang sering lupa dengan Tuhannya.

Diatas tadi hanya pengantar saja, tidak pantas untuk dijadikan bahan kajian atau tema diskusi yang saat ini masih bermalas-malasan melek dengan issu yang beredar yang begitu derasnya tapi tidak sederas air terjun yang ada di Bilalang, Bacukiki, Kota Parepare, Sulawesi Selatan... hehehehe...

Sudah lama tidak menulis cerita atau kisah di Feed Instagram-ku dengan akun media sosial karena tidak membiasakan lagi menangkap imajinasi yang lewat di dunia ideku. Keinginan untuk mengunggah sebuah cerita atau kisah sebenarnya ada namun tak ada satu pun tema yang pantas untuk di upload karena selama ini hanya menulis yang tidak karuang dan tak pantas dibaca.

Perjalanan hidupku sampai detik ini, telah membuka halaman-halaman baru yang untuk diisi dengan hal-hal baru. Melawan diri sendiri hal yang masih aku perjuangkan agar mampu keluar dari zona-zona yang memenjarakan raga. Berusaha menatap dan meratapi kehidupan di dunia nyata yang sangat dekat dengan diriku dan bukan kehidupan di dunia maya yang sering membuat tak sadar bahwa kita telah terhipnotis setiap unggahannya.

Saat ini, saya sedang berusaha menikmati setiap hentakkan kaki di atas tanah untuk memberi keseimbangan dunia maya yang membuatku malas melihat fajar dan senja apalagi rembulan yang sangat indah.

Terlalu banyak kata indah terlontarkan namun tidak mampu menikmati kata indah itu sendiri. Mungkin bukan aku saja yang akan sepakat dengan kalimat diatas... heheheee

Keindahan itu perlu dijaga bukan malah merusaknya dengan ide yang tertuang dalam program-program tak memberi makna bagi kehidupan kita. Aku menuliskan ini hanya ingin curhat tentang persoalan persoalan di sekitarku bukan ingin mencari eksistensi di media sosial bahwa aku pro atau kontra dengan masalah yang ada.

Good By Februari...
Welcome Maret...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun