Malam pun akan berakhir bersamaku namun entah aku bertemu sang mentari pagi yang terbit. Telah lama aku tak berjumpa saling menatap dan melukiskan indahnya di coretan kertas kosong.
Rindu ingin bersua belum mampu di tuntaskan hingga detik ini tapi ragaku yakin suatu waktu akan menuliskan indahmu seharian sembari rindu di tuntaskan.
Sampai saat ini aku masih terjebak rindumu wahai kekasih, bayangmu masih menjadi selimutku di malamku hingga subuh. Senyummu masih melekat di kepalaku dan kisahmu serta kasihmu masih menyesakkan nafasku.
Segeralah kemari peluk ragaku dan genggam tanganku dan mengucapkan untuk berjanji takkan ke mana-mana lagi. Tapi pertanyaannya kemudian adalah apakah ada niatmu untuk menggerakkan hatimu yang di rundung pilunya rindu? apa kamu sanggup?
Tapi selama kamu masih mempertimbangkannya, di situlah aku tak pernah menimbang apapun tentangmu kekasih karena aku hanya manusia biasa yang di beri hidayah untuk mencintaimu bukan menyakitimu.
Terima kasih malam telah menemaniku bersama dinginmu dengan suara bisingnya suara kendaraan lalu-lalang.
Sekali lagi terima kasih kekasih masih mendoakanku untuk menjaga kesehatan.
Detik-detik #titikmaret berakhir dan memulai di #titikApril.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H