Mohon tunggu...
Hardian Kokoh Pambudi
Hardian Kokoh Pambudi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kontribusi Tiada Henti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Paradoks Kini

30 September 2011   17:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:27 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Apa arti ini semua..

Ketika mata penuh sesak dengan berhala..



Bermainlah mereka yang berpunya..

Seakan hidup sekedar tawa..

Berpeluhlah kaum dhuafa..

Seperti memetik pulir di jenggala..



Ironi ini kita nikmati..

Atau mungkin hati telah mati..

Derita mereka hiasi berita..

Biasa, tak berarti apa – apa ..



Watak ini terlampau congkak..

Karena cinta dan kasih sayang tak lagi berdetak..

Terkikis, bersama rakus yang beriak – riak..



Ah, aku malu padamu Gie, juga engkau Pram..

Kalian menguburku terlalu dalam..



Namun, bukankah hidup sebatas adzan dan iqomah?

Berdoa sajalah, derita kalian berbuah jannah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun