Mohon tunggu...
Hizwa Naufal M
Hizwa Naufal M Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

"Muda Karya Raya"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selisih-Paham, Patah-Kuasa

1 Desember 2019   11:32 Diperbarui: 1 Desember 2019   11:34 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jadi, kamu nyaman untuk disakiti, dan terus menerus disakiti?

Beberapa kawan saya yang bercerita kepada saya sendiri terkait permasalahan hidupnya yang tak terus menerus muncul dan silih berganti, bodohnya, mereka masih menganggap hal itu sebuah kebiasaan dan mengulangi kembali. Hingga berulang kali, beribu kali. Bahkan, ketika ia menghubungi saya, saya sudah tahu masalah apa yang ingin diceritakan. 

In case, saya memang bukan psikolog yang cerdas menganalisa solusi dari permasalahan yang mereka lontarkan kepada saya. Tetapi, mungkin saya bertipikal diam dan tak banyak gerak pikir mereka. Sebenarnya, mudah saja untuk menyelesaikan hal itu. Tetapi itu kembali lagi ke mereka mau dan tidaknya. Ingin hampir kesal dan menutup telfon dari mereka, tetapi tidak tega karena mereka juga pernah mengalami permasalahan yang sama.

Tarik-ulur, dibiarkan lalu ketika ia mau pamit untuk pergi ditarik lagi untuk kembali.

Solusinya ialah, bertahan atau akan menghadapi kesakitan yang terus menerus, dan pergi dan perlahan melupakan. Mereka jawab nggak bisa, udah terlanjur dalem ini tapi apa salahnya untuk mencoba? naik ke daratan sedikit-sedikit, mencoba untuk tidak menghiraukan kata khalayak. Tetap saja, ketika ia  sudah diberi solusi. Ia tetap pada pilihan yang pertama, dan membiarkan ia terus merasa kebal dari sakit hati itu. 

Parahnya lagi, ketika mereka sudah meminta solusi kepada saya dan sudah mengingatkan betul-betul tentang apa yang akan terjadi kedepan kepada mereka. Mereka malah bilang

APASIH, IKUT CAMPUR URUSAN ORANG AJA.

Saya mencoba untuk diam dan bersabar, bisa saja kata-kata itu bisa menjadi bumerang bagi mereka yang telah berbicara itu kepada saya. Hanya tunggu menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan saja, hehe. Saya orangnya memang suka lebih baik diam dan menyimpan daripada tersulut dalam emosi yang tidak karuan . Akan ada saatnya nanti ketika mereka kembali bercerita dan saya bisa saja melontarkan kata-kata itu kembali ke mulut mereka. 

Mungkin dari beberapa masalah yang mereka lontarkan kepada saya, juga dapat menjadi pelajaran bagi saya sendiri untuk menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Akhirnya, ini bukan soal mengajari orang lain tentang kehidupan yang belum tentu baik dan tertata secara pribadi saya sendiri, tetapi saya juga belajar dari permasalahan mereka dan dapat diterapkan di kehidupan saya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun