Saya menulis ini dengan hati yang begitu tersentuh. Tepat di tengah malam yang sunyi, saya sedang menjaga anak saya yang dirawat di RSUD Provinsi NTB selama enam hari terakhir. Deru mesin medis dan bau khas rumah sakit menjadi pengingat betapa rapuhnya kehidupan manusia, betapa kita hanya setitik kecil dalam arus waktu yang terus berjalan. Dalam situasi ini, saya teringat sebuah kisah luar biasa tentang seorang pria yang pernah berada di ambang hidup dan mati, seorang pemimpin yang saya kagumi, sekaligus tokoh inspirasi saya yang lahir dari kampung halaman yang sama. Beliau adalah Dr. Syamsuriansyah, MM., M.Kes. CELM. CHRM atau dulu biasa saya sapa Muma, yang kini menjadi anggota DPRD Lombok Barat. Kisah Dr. Syam bukan hanya menjadi cerita bagi saya, tetapi warisan inspirasi bagi siapa pun yang mengenalnya.
Hidup sering kali memberikan kejutan tak terduga. Bagi Dr. Syam, 17 Desember 2012 adalah lebih dari sekadar tanggal---itu adalah hari di mana ia diberi kesempatan untuk memulai hidup yang baru, hari yang mengajarkannya arti sebenarnya dari rasa syukur, perjuangan, dan makna kehidupan.
Tidak semua orang diberi anugerah untuk "lahir kembali." Dalam perjalanan hidupnya, Dr. Syam menghadapi sebuah peristiwa yang mengguncang segalanya, membawa dirinya ke titik nol. Namun, justru di tengah keterpurukan itulah ia menemukan kekuatan yang luar biasa. Kekuatan untuk bangkit, untuk memulai kembali, dan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hari itu mengubah segalanya. Dr. Syam menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang berbagi dan memberi makna bagi orang lain. Ia merenungi tujuan hidupnya, menata kembali prioritasnya, dan dengan sepenuh hati memutuskan untuk menjadikan setiap hari yang ia jalani sebagai bentuk syukur atas kesempatan kedua yang ia terima.
"Kita tidak bisa memilih apa yang akan terjadi, tetapi kita selalu bisa memilih bagaimana cara kita merespons," katanya dengan penuh keyakinan. Filosofi inilah yang ia pegang teguh, yang kemudian menjadi dasar dalam setiap langkahnya sejak hari itu.
Kisah Dr. Syam adalah pengingat bahwa setiap manusia memiliki kekuatan untuk mengubah hidupnya, meskipun menghadapi rintangan terbesar sekalipun. Hari lahir kedua ini tidak hanya menjadi awal baru bagi dirinya, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Ia membuktikan bahwa hidup adalah tentang bagaimana kita bangkit, menemukan harapan di tengah kegelapan, dan melangkah maju dengan tekad yang tak tergoyahkan.
Hari itu, Dr. Syam terbaring lemah di ruang operasi salah satu rumah sakit di Jakarta, saya lupa tepatnya di rumah sakit apa dan sakit apa. Tubuhnya teruji oleh rasa sakit yang luar biasa, sementara jiwanya berjuang antara hidup dan mati. Perjuangan itu bukan sekadar fisik, tetapi juga mental. Dalam ketidakberdayaan, ia menghadapi kenyataan bahwa hidup bisa berhenti kapan saja. Ia adalah seorang suami, ayah, pemimpin, dan pendidik, tetapi di atas meja operasi, semua gelar itu sementara hilang, tergantikan oleh fragmen-fragmen doa yang dipanjatkan keluarganya di luar ruang operasi.
Proses operasi itu berjalan lama. Detik demi detik terasa seperti abad bagi keluarga yang menunggu kabar. Ketika akhirnya dokter keluar dengan senyuman yang menenangkan, hidup baru dimulai bagi Dr. Syam. Hari itu bukan sekadar ia berhasil melewati ambang maut, tetapi juga menjadi momen kelahiran kedua. Ia menyebutnya sebagai anugerah terindah dari Allah, sebuah kesempatan untuk menata ulang hidup dan memberi arti yang lebih dalam pada setiap langkahnya.
Setelah masa pemulihan yang panjang dan penuh refleksi, Dr. Syam tidak kembali dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Ia kembali dengan tekad yang lebih besar, visi yang lebih jernih, dan hati yang dipenuhi rasa syukur. Dalam doanya, ia selalu berkata,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!