Mohon tunggu...
Hizkia Sean Kristiono
Hizkia Sean Kristiono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang bermain game dan senang memelihara hewan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan yang Mahal dan Tidak Merata

3 Desember 2022   14:25 Diperbarui: 3 Desember 2022   14:54 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada sebuah cerita dari staf khusus presiden Indonesia tentang seorang pelajar di pedalaman Papua yang harus menempuh perjalanan jauh demi menempuh pendidikan. Seorang pelajar di Papua harus menempuh perjalanan jauh demi mendapatkan sebuah pendidikan. Tepatnya di perbatasan Republik Indonesia dan Papua Nugini. Pelajar di daerah tersebut harus menempuh jarak selama 2 jam dan menyeberangi sungai demi menempuh pendidikan. Dengan alasan di wilayah tersebut belum tersedia tempat untuk menuntut pendidikan. Dengan kejadian tersebut pemerintah seharusnya segera melihat bahwa pendidikan di Indonesia masih di katakan belum merata bagi semua masyarakat. Semua masyarakat baik di pedalaman maupun di kota besar sebenarnya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Memiliki kebebasan dalam mendapatkan pendidikan merupakan hak semua masyarakat.

Bukan hanya di Papua saja pendidikan belum merata, tetapi juga di Aceh pendidikan masih belum merata. Dari data yang ada di Aceh masih banyak anak yang putus sekolah dikarenakan jarak yang di tempuh untuk melanjutkan sekolah lanjut memiliki jarak yang cukup jauh. Anak hanya mendapatkan pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD) saja. Dengan jarak tempuh yang jauh anak tidak ingin melanjutkan sekolahnya justru memilih untuk membantu orang tuanya bekerja di kebun. Sebuah survei tahun 2021 meneliti bahwa di SD 25 Araselo, dusun Dama Buleun, Desa Riseh Tunong, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Banyak siswa memilih untuk tidak melanjutkan sekolah dan membantu orang tua mereka di kebun. Pada tahun ini siswa kelas 6 di SDN 25 Sawang Cuma meiliki 12 orang saja. Bahkan sebagian dari mereka belum memiliki rencana melanjutkan ke bangku sekolah menengah pertama (SMP). Bukan hanya masalah fasilitas sekolah saja yang jauh dari wilayah mereka, tetapi juga dikarenakan permasalahan ekonomi keluarga mereka yang membuat mereka susah untuk melanjutkan bersekolah.

Pada tahun 2018 Republik Indonesia masuk ke dalam 15 negara dengan biaya pendidikan yang tinggi. Di Indonesia rata rata biaya pendidikan anak hampir sama dengan Prancis, India dan Mesir dengan jumlah 16.000 US Dollar. Biaya tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Bagi masyarakat kalangan atas memanglah biaya tersebut tergolong normal. Tetapi untuk golongan bawah biaya itu tergolong mahal. Orang tua di Asia memiliki sikap optimis terhadap masa depan anak mereka. Sebesar 87% orang tua di India optimis terhadap masa depan anak mereka. Begitu dengan orang tua di China, mereka optimis dengan masa depan anaknya sebesar 84%. Angka tersebut di atas rata rata angkat optimis masa depan cerah bagi anak di seluruh dunia yang hanya 75%. Begitu pula di Indonesia memang pendidikan penting bagi anak mereka sampai orang tua mereka melakukan apa pun demi anak mereka bersekolah. Memang benar setiap anak memiliki hak untuk belajar. Tetapi dengan biaya pendidikan yang tinggi terkadang menjadi kesulitan tersendiri bagi keluarga di Indonesia untuk menyekolahkan anak mereka. Terkadang orang tua sudah mengusahakan berbagai mana cara demi menyekolahkan anaknya tetapi anak mereka sadar bahwa ekonomi keluarga mereka sulit dan mereka memutuskan untuk tidak sekolah dan membantu orang tua.

Kualitas guru juga menjadi permasalahan dalam pendidikan. Rendahnya kualitas guru berpengaruh terhadap kualitas pendidikan yang ada. Hasil dari UKG atau Uji Kompetensi Guru dari tahun 2012 sampai 2015, sekitar 81% guru di Indonesia nilainya bahkan tidak mencapai nilai minimum. UKG sendiri merupakan salah satu evaluasi untuk mengukur kompetensi guru dan yang dinilai adalah penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kemampuan guru dalam menyiapkan strategi belajar untuk siswa dan mengelola kelas, pemahaman atas mata pelajaran yang diampu serta kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Dalam hal ini kualitas guru harus segera di perbaiki untuk menghasilkan generasi yang lebih baik dan memberikan hak atau kebebasan bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan yang baik.

Bukan hanya sisi negatif saja. Sekarang sudah mulai banyak kelompok bahkan tenaga pendidik yang berusaha dalam menyebarkan ilmu pengetahuan. Mereka rela menempuh perjalanan yang jauh bahkan melewati banyak jalur ekstrim. Contohnya kisah perjuangan seorang guru yang bernama Pak Asep. Dahulu sebelum menjadi PNS Pak Asep menjadi guru honorer. Seperti yang kita ketahui gaji seorang guru tidak banyak dan Pak Asep berusaha menambah penghasilan dengan menjadi satpam di kantor PT. Telkom Cabang Sukabumi. Dan setelah menjadi PNS dia diberi tugas mengajar di pedalaman. Dengan pengalamannya menjadi guru honorer Pak Asep menerima tugas untuk mengajar di pedalaman. Di tempatnya mengajar hanya Pak Asep saja yang PNS . Untuk menuju lokasi Pak Asep harus menyeberangi sungai. Di masa pandemi sekarang ada beberapa kendala dari sinyal dan hampir 80% anak anak di sana belum memiliki gawai atau HP android. Hal ini yang sebenarnya harus menjadi perhatian pemerintah dalam memerdekakan anak anak dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Penutup

Pemerintah sebenarnya harus selalu melihat bagaimana kondisi dari sistem pendidikan dan pemerataan pembelajaran yang ada. Apakah sistem pendidikan yang ada sudah bisa di ikuti oleh semua kalangan? Apakah pemerataan pendidikan yang ada sudah menyebar di semua daerah? Apakah tenaga pendidik sudah cukup untuk semua daerah? Semua itu harus menjadi pertimbangan pemerintah dalam menentukan sistem atau cara agar pendidikan di negeri ini menjadi lebih maju. Pendidikan adalah hak dari semua masyarakat tetapi masih saja pendidikan belum merata bagi semua kalangan masyarakat. Dari kendala biaya yang ada lokasi belajar yang jauh dari wilayah mereka dan tenaga didik yang kurang merata bagi daerah daerah terpencil. Bukan hanya pemerintah saja yang dapat memperbaiki dan memberikan semua orang kebebasan dan kemerdekaan dalam mendapatkan ilmu. Jika pemerintah saja tidak ada dukungan dari luar maka sistem yang di buat tidak akan berjalan. Kita juga dapat membantu pemerintah dalam memberikan kebebasan dan kemerdekaan dalam belajar. Dengan membagikan ilmu kita, kita juga berbagi kemerdekaan bagi orang orang yang membutuhkan pendidikan. Kita dapat memberikan ilmu kita yang mendasar. Dengan demikian kita juga membantu dalam menyebar luaskan ilmu kita kepada semua orang.

Daftar Pustaka

Akbar, Jihad. 2021. Billy Mambrasar: Anak Pedalaman Papua Naik Perahu 2 Jam buat Sekolah, https://www.idntimes.com/news/indonesia/teatrika/billy-mambrasar-anak-pedalaman-papua-naik-perahu-2-jam-buat-sekolah/3?page=all, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.33

Asmuda, Alfath. 2021. Anak-Anak di Pedalaman Aceh Utara Banyak Putus Sekolah, https://www.merdeka.com/peristiwa/anak-anak-di-pedalaman-aceh-utara-banyak-putus-sekolah.html, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.36

Sebayang, Rehia. 2018. RI Masuk Dalam Negara Biaya Pendidikan Termahal di Dunia, https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180416125235-33-11142/ri-masuk-daftar-negara-biaya-pendidikan-termahal-di-dunia, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.40

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun