Dari ketiga hal penting yang saya tulis secara singkat ini dapat menjadi panduan berpikir kita agar menjadi realistis, pragmatis, dan fleksibel, dan dalam buku ini juga saya dapat melihat bahwa Tan Malaka selalu mengatakan secara berulang-ulang "membaca" disini saya melihat bahwa Tan malaka ingin si pembaca mengetahui penting nya ilmu pengetahuan.
Hal ini juga erat kaitanya dengan kondisi rakyat Indonesia sendiri yang masih menganut feodalisme, bermentalkan budak, dan mengkultuskan tuyul, dan karena itu masyarakat semakin tertinggal dan menjadi tabu terhadal hal-hal yang berbau pengetahuan, tetapi kita selalu menyuarakan agar kita lepas dari jeratan kelaparan dan kemiskinan tapi tidak ingin berubah menjadi lebih baik atau bisa juga saya sebut tidak menjadi kaum proletar yang berpengetahuan.
Baca juga : Tan Malaka, Komunisme, Pan-Islamisme, dan Pancasila
Dan saya juga ingin menceritakan bahwa sosok Tan malaka ini sangat luar biasa dia menuliskan buku ini hanya bermodalkan ingatan nya saja tentang buku-buku yang sudah dibaca nya, dan dia juga selalu mencantumkan nama nama tokoh tokoh besar untuk melengkapi isi dari bukunya.
Dan jujur aja ya, saya juga kesulitan mengartikan beberapa kata di buku ini karena bahasa yang digunakan bahasa yang baku dan jarang terdengar namun untuk memenuhi keinginan tahuan saya, saya berusaha semaksimal mungkin. Menurut saya buku ini memiliki nilai yang sangat tinggi yang wajib teman teman baca.
Oleh: Elfrida Hutasoit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H