Mohon tunggu...
Hizkia Jonathan Purba
Hizkia Jonathan Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Riau

Kebetulan suka diskusi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sedikit Kritik dan Solusi Perihal BBM Subsidi

15 September 2022   00:09 Diperbarui: 15 September 2022   00:40 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, publik negara kita dihebohkan dengan kenaikan harga BBM SUBSIDI, yang mana dalam hal ini memberikan berbagai tanggapan baik itu pro maupun kontra, walaupun kita dapat melihat sendiri tanggapan perihal kenaikan harga BBM ini jelas lebih banyak tanggapan kontranya. Mengapa demikian? Sebelum memasuki penjelasan tersebut, saya akan memberikan pemaparan mengenai korelasi kenaikan harga BBM bersubsidi ini dengan aspek utama yang sangat terpengaruh, yaitu aspek Ekonomi.


Untuk saat ini BBM merupakan salah satu produk yang sudah tergolong dengan produk kebutuhan pokok. Mengapa demikian???

- BBM adalah suatu bahan yang digunakan untuk keperluan mesin dalam menggerakkan dan memberikan tenaga, agar mesin tersebut dapat menyala dan mampu menghasilkan energi. Pada era modern saat ini, berbagai macam aspek dalam bidang kehidupan dipengaruhi oleh penggunaan teknologi dan mesin, nahh dengan adanya kehidupan di era modern inilah yang menuntut setiap aspek untuk beradaptasi dengan cepat dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada. Berbagai aspek kehidupan, seperti perekonomian misalnya, perkembangan dalam aspek teknologi dan mesin ini, mempengaruhi aspek distribusi, yang mana aspek distribusi merupakan aspek dalam perekonomian yang paling terdampak langsung dengan harga BBM, dikarenakan aspek distribusi di era modern saat ini menggunakan teknologi, mesin, dan diesel, yang mana kebutuhan akan BBM semakin diperlukan di era saat ini, sehingga dapat kita simpulkan, bahwa kebutuhan akan BBM senantiasa diperlukan di era saat ini, dan mungkin saja juga kedepannya.

- BBM adalah penunjang berbagai aspek kehidupan, perlu diingat di era modern ini, kita semua membutuhkan yang namanya LISTRIK, hal tersebut tidak dapat dipungkiri, mengingat berbagai aspek di kehidupan memerlukan listrik, mulai itu dari lingkup keluarga misalnya, kita dapat melihat, bahkan untuk menanak nasi saja, kita sudah menggunakan yang namanya rice cooker, rice cooker sendiri adalah suatu teknologi modern yang memerlukan listrik untuk menggunakannya, nah dari hal sekecil itu pun, kita harus memahami bahwasanya, berbagai aspek dipengaruhi oleh penggunaan listrik, maka dari itu diperlukan teknologi pembangkit energi listrik. Di Indonesia, tenaga listrik dibangkitkan menggunakan berbagai sumber, yaitu air, angin, surya, nuklir, gas,uap, dan juga diesel. Berdasarkan data dari PLN Persero, ada 6143 unit pembangkit listrik di akhir tahun 2021, dan jenis yang paling banyak digunakan adalah, dengan menggunakan tenaga diesel atau yang kita kenal dengan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), yang mana dalam jenis tersebut di Indonesia sendiri sampai dengan 85,59 persen atau dengan jumlah 5258 unit, berdasarkan data tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penggunaan bahan bakar minyak juga berpengaruh terhadap kehidupan kita.

Berdasarkan penjelasan diatas, kita harus memahami penggunaan BBM begitu banyak mempengaruhi aspek kehidupan kita, sehingga kenaikan harga BBM sudah pasti menimbulkan berbagai gejolak dari banyak masyarakat bukan??

Lantas, apa kaitannya kenaikan harga BBM dengan harga bahan pokok? Seperti yang telah saya paparkan diatas, aspek ekonomi terpengaruh dengan harga BBM, yang mana apabila biaya transportasi dalam distribusi barang dan produk meningkat, otomatis harga jual barang dan juga produk semakin meningkat, dikarenakan dalam aspek ekonomi dalam harga penjualan, harus memperhatikan harga modal dalam menetapkan harga penjualan, dan kebanyakan dari kita juga memahami,  penetapan harga modal itu umumnya dipengaruhi oleh : biaya produksi, biaya distribusi, biaya pemasaran, biaya karyawan, dsb, sehingga penetapan harga jual otomatis akan dilakukan perubahan dengan tendensi peningkatan nominal harga terhadap bahan pokok yang akan dijual dan dipasarkan tersebut.

Kenaikan harga BBM bersubsidi di negara kita, pada BBM berjenis, Pertalite, Solar, dan Pertamax, mulai ditetapkan oleh Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) pada hari Sabtu, tanggal 3 September 2022, pukul 14.30 WIB, dengan harga Pertalite yang pada awalnya di harga 7650 naik menjadi 10000 ( +2350), kemudian itu dengan harga Solar yang pada awalnya 5150 naik menjadi 6800 (+1650), lalu disusul dengan harga Pertamax yang pada awalnya 12500 menjadi 14500 (+2000), yang mana harga tersebut berada pada satuan perliter dengan kurs rupiah.

Penetapan kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut, jelas menimbulkan berbagai tanggapan serta reaksi dimana-dimana, dalam hal ini terutama pada stakeholder yang paling merasakan dampaknya, yakni masyarakat, berbagai kritik, kecaman, demonstrasi, dan unjuk rasa timbul di berbagai daerah di Indonesia dengan tujuan untuk meminta Pemerintah segera menurunkan kembali harga BBM, menjadi seperti harga awal sebelum terjadi kenaikan karena ketetapan ini dinilai merugikan masyarakat, dinilai tidak pro rakyat dan menyusahkan rakyat, terutama terhadap kalangan proletariat dan kalangan miskin. Banyak sekali kritik terhadap kinerja pemerintah dan lembaga penyelenggara negara dalam menetapkan putusan ini, putusan tersebut dinilai dipaksakan dan hanya mementingkan segeliintir orang di kalangan elit. Mengapa demikian? Maka dari itu, saya akan memberikan pemaparan perihal kritik terhadap ditetapkannya kebijakan penaikan harga BBM bersubsidi.

1. Pemerintah berdalih dengan alasan subsidi BBM tersebut tidak tepat sasaran, kita semua dapat mengetahui dan dapat memahami maksud dari pemerintah tersebut,  karena pada fakta di  lapangan memang subsidi BBM ini justru malah dinikmati oleh kaum borjouis dan kaum kaya, namun sayang sekali pemerintah negara kita berpikir sependek itu, sama saja dengan menyalahkan semua masyarakat melakukan penyelewengan tersebut, dan dengan alasan itu menaikkan harga BBM, alasan ini tentu tidak adil dan tidak berdasar, hanya karena pemerintah mempunyai data malah dengan seenaknya cepat dalam mengambil keputusan, padahal data yang dipaparkan belum tentu sesuai dengan tanggapan masyarakat. Pemerintah menggunakan alasan tersebut seolah-olah untuk menunjukkan bahwasanya pemerintah tidak bersalah dalam hal itu, sehingga dapat dipahami bahwasanya pemerintah beserta badan yang bernaung dibawahnya lah yang benar-benar gagal dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan subsidi BBM, pengawasan serta pembatasan yang diterapkan benar-benar tidak efisien, salah satunya ialah penggunaan My Pertamina, yang benar-benar tidak efektif, merepotkan masyarakat selaku konsumen, dan juga tidak praktis, sehingga para masyarakat harus mengantri lebih lama dikarenakan harus scan dan input data terlebih dahulu, sehingga kita sendiri dapat menyadari bagaimana kegagalan pemerintah dan lembaga yang bernaung dibawahnya dalam melakukan pengawasan terhadap subsidi BBM ini, mereka lalai dalam melakukan tugasnya dan malah berdalih dengan menyamaratakan tuduhan mereka kepada seluruh masyarakat.

2. Pemerintah berdalih dengan membengkaknya APBN terhadap subsidi BBM, disini lagi dan lagi tampaknya pemerintah benar-benar gagal dalam memberikan asumsi mereka kepada khalayak publik. Pemerintah mengatakan bahwa APBN akan jeblok dikarenakan subsidi BBM sampai saat ini telah mencapai 502 Triliun, berdalih dengan alasan APBN yang membengkak tampaknya membuat pemerintah tidak dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat perihal kejelasan faktor yang mempengaruhi kenaikan harga BBM, dikarenakan sampai saat ini sama sekali tidak ada transparansi apakah benar dana 502 Triliun tersebut sepenuhnya untuk subsidi BBM?? Apakah ada penyelewengan atau malah ada suatu hal yang ditutup-tutupi?? Mengingat sampai saat ini tidak adanya data yang lengkap, transparan, dan terpercaya perihal penggunaan APBN ini, dan karena minimnya klarifikasi yang jelas dan malahan pejabat pemerintah memberikan data yang berbeda-beda sehingga membuat masyarakat semakin bingung dan tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin berkurang, dikarenakan ditutup-tutupinya kejelasan APBN ini.

3. Pemerintah berdalih dengan naiknya harga minyak dunia sehingga mempengaruhi harga BBM, disini sayang sekali, pemerintah tampaknya hanya sekedar mengembangkan dan memberikan asumsi saja, seolah-olah kebijakan mereka adalah kebijakan yang solutif dan efektif, mereka seakan-akan lupa perihal banyak sekali sebenarnya faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan harga BBM, salah satunya adalah faktor konsumsi. Mengapa demikian??? Berikut adalah analisis serta logikanya.. Di rezim pemerintahan yang sekarang kita semua tau, pembangunan jalan tol adalah pembangunan yang paling gencar dilakukan pada rezim ini, analisis dan logikanya begini, apabila jalan tol terus-menerus dibangun, memang benar akan mengurangi kemacetan, distribusi akan semakin cepat, namun nyatanya tidak seindah demikian apabila kita analisis lebih jauh. Proyek  pembangunan jalan tol, memungkinkan kendaraan akan melaju lebih cepat, berjalan lebih jauh, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi penggunaan BBM, yang akan semakin banyak oleh kendaraan yang menggunakan jalan tol tersebut. Pemerintah benar-benar gagal dalam memberikan mekanisme, serta regulasi apa yang akan timbul jika proyek jalan tol terus digaungkan, benar-benar sayang sekali, pemerintah hanya bisa berdalih dengan kenaikan harga minyak dunia padahal sejatinya mereka malas berpikir lebih jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun