Mohon tunggu...
Ridhal Ahmadi
Ridhal Ahmadi Mohon Tunggu... -

Lagi Belajar Membaca dan Menulis IQRA' BISMI RABBIKALLADZII KHALAQ!!! NUUUN WAL QALAMI WAMA YASTHURUUN!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kubar Mencekam

25 November 2012   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:42 12552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa ini berawal dari ketegangan yang terjadi antara oknum suku Bugis dan Dayak. Peristiwa itu terjadi karena salah satu satu dari kedua oknum suku tersebut merasa terdzalimi. Kronologisnya, Jum’at 23 November 2012 di kecamatan Barong Togkok, kabupaten Kutai Barat saat seorang suku Dayak bermaksud mengisi bensin di Agen Penyalur Minyak Solar (APMS) milik orang Bugis. Tatkala orang Dayak itu datang ke tempat itu, APMS, orang Bugis itu mengatakan bahwa jatah untuk motor telah habis. Yang tersisa hanya untuk mobil. Mendengar keterangan demikian orang Dayak itu berlalu pergi meninggalkan APMS tersebut.

Ketika orang Dayak itu beranjak pergi dari tempat itu, datanglah orang Bugis lain yang hendak mengisi bensin di APMS tersebut. Tanpa basa-basi ternyata petugas APMS tersebut langsung melayani kebutuhannya. Saat itu juga orang Dayak melihat kenyataan yang tidak mengenakkan itu. Lantas dia bertanya “Pak, katanya bensinnya habis. Jatah tinggal untuk mobil saja. Tapi kenapa, ketika saya hendak isi bensin di sini gak dikasih?” Mendengar seperti itu, orang Bugis tersebut malah mencerca. “Ngapain banyak omong kau?” lantas dia memukul orang Dayak itu dan diikuti pula oleh teman-temanya. Maka terjadilah pengeroyokan tiga orang Bugis lawan satu orang Dayak. Sambil sesumbar orang Bugis itu manantang si Dayak untuk mengundang seluruh suku Dayak.

Dalam keadaan babak belur akibat pengeroyokan itu, Dayak pulang ke rumahnya. Selang beberapa saat di kembali bersama sejumlah teman-karabatnya mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) tadi untuk menuntut balas atas apa yang dialaminya. Sesampainya di di TKP Dayak dan teman-kerabatnya tidak mendapatkan/bertemu dengan tiga orang Bugis yang telah mengeroyoknya. Tidak puas, mereka orang-orang Dayak itu malah melakukan pengrusakan terhadap apa saja yang ada di AMPS itu. Termasuk mobil orang Bugis itu. Bahkan hendak membakar APMS itu. Namun berhasil dicegah oleh aparat keamanan setempat. Meskipun pada akhirnya juga ikut dibakar pada 24 Novemer 2112, sehari setelah pengroyokan itu.

Menjelang jam 15 sore, diadakanlah pertemuan antar tokoh dari dua suku tersebut untuk meyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan. Namun buntu. Sore hari keadaan maskin tak terkendali. Pasalnya suku Dayak dari Kalimantan Tengah datang ke TKP setelah mendapatkan kabar memilukan itu. (Bayangkan! Mereka datang dari Kalteng ke Kaltim. Ini Menunjukkan solidaritas teman-teman sesama suku Dayak sangat kuat dan solid). Mereka datang menggunakan berpuluh-puluh kendaraan roda dua, empat dan enam. Dengan atribut yang digunakan, mengenakan ikat kepala berwarna merah dan mandau/parang di pinggang, mereka mulai menjarah kemudian menghancurkan setiap tempat tinggal yang diyakini milik orang bugis.

Jika www.detik.com, jam 23.29 WIB, tanggal 24 November 2012 menginformasikan bahwa satu rumah telah terbakar akibat kerusuhan ini, itu tidak benar. Pasalnya sejak sore hari hingga jam 23.29 WIB itu sudah puluhan rumah yang dibakar. Lewat jam 00.00 WIB giliran pasar Olah Bebaya Kecamatan Barong Tongkok yang menjadi amukan si jago merah, akibat amarah orang-orang Dayak yang tak terkendali. Melihat orang-orang Dayak – terutama yang dari Kalteng – membakar pasar tersebut, aparat tidak bias berbuat banyak. Padahal pasar tersebut tepat berada di seberang jalan Kapolres Kutai Barat. Bahkan ada komentar konyol dari salah satu oknum aparat yang mengatakan “Ngapain saya jadi pendekar di siang bolong. Bayaran saya aja tidak seberapa dari Negara.” Api makin membesar sejak pukul 01.30-04.00 WIB.

Sempat terjadi ketegangan antara sesama suku Dayak. Pasalnya pemilik lahan yang di atasnya terdapat pasar yang dibakar itu adalah juga orang suku Dayak Tunjung. Sementara yang membakar itu adalah masa dari suku Dayak Kalteng. (Saya tidak tahu apa nama subsukunya).

Hingga ulasan ini ditulis – kalau mau dikatakan tulisan ini ulasan -25 November 2012, 15.30 WITA masih banyak orang-orang Dayak yang hilir mudik kesana-kemari. Bahkan penjarahan dan pengrusakan rumah-rumah dan took-toko juga berlangsung ke kecamatan Melak yang jaraknya ± 20 km dari Barong Tongkok. (Jika diasumsikan setiap 1 km ada 10 ruko milik orang Bugis, berarti sudah ada 200 ruko yang hancur lebur bahkan sengaja dibakar). Tidak sedikit pula rumah suku selain Bugis terkena imbas amukan mereka, meski tak separah seperti milik orang Bugis.

Untuk sekedar diketahui, bahwa korban pengroyokan itu kebetulan masih sepupunya – kalau bukan ponaanya –orang yang paling berpengaruh di Kubar ini. Bukan Bupati apalagi Wakil Bupati Kubar. Orang yang paling berpengaruh itu adalah ketua DPRD Kubar yang biasa dipanggil Bapak Yapan. Nama lengkapnya saya tidak tahu. Beliau keturunan Dayak Benuaq. Lho, kok tidak jadi bupati saja? Barangkali pertanyaan itu yang terlintas di benak kita. Tapi itulah kenyataanya. Ketika pemilihan anggota legeslatif tingkak kabupaten Kubar total yang beliau peroleh mencapai 80.000 suara. Padahal ketentuan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan minimal 20.00 suara. Praktis orang-orang yang berada di bawah beliau dapat ‘harta karun’ yang kemudian otomatis menjadi anggota DPRD Kubar juga.

Maka, bisa ‘dimaklumi’ mengapa teman-teman dari suku Dayak begitu bersemangat untuk ‘berbalas budi’ atas apa yang menimpa ‘kerabat’ mereka. Sehingga imbasnya adalah meskipun tidak ada keterkaitan dengan masalah pengroyokan itu, entah tua atau muda, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa juga ‘harus’ menerima ‘balas budi’ teman-teman suku Dayak.

Hujan air mata tak bisa dihindari.

Kehilangan materi telah terjadi.

Kepedihan hati harus tak terobati.

Tua-muda harus mengungsi.

Pria-wanita serba hati-hati.

Dan mudah-mudahan di lain waktu tak terjadi lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun