LEVY
Kata "Levy" dalam bahasa Inggris berarti retribusi, atau pajak. Sangat besar kemungkinan bahwa Levy ini berakar pada kata "Levi", yang berarti bani Lewi. Suku Lewi, diantara dua belas suku Israel, dipilih menjadi pelayan kemah Pertemuan, menjadi imam-imam ibadah, menjadi pelayan. Kenapa harus ada suku dikhususkan menjadi pelayan? Alkitab mencatat : "Sekarang orang-orang Lewi Kupilih menjadi milik-Ku. Ketika Aku membunuh semua anak sulung bangsa Mesir, Kukhususkan bagi-Ku semua anak laki-laki sulung orang Israel dan semua ternak mereka yang pertama lahir. Semuanya itu adalah milik-Ku. Sebagai pengganti anak laki-laki sulung Israel, Aku mengambil orang Lewi untuk-Ku; mereka akan menjadi kepunyaan-Ku. Akulah TUHAN."
Jadi suku yang dikhusukan untuk melayani Tuhan ini adalah ganti dari semua anak sulung Israel. Bangsa Israel ingat betul kata "ganti anak sulung". Orang tua mereka berulang kali menceritakan kisah penyelamatan Tuhan keluar dari Tanah mesir, termasuk tulah kesepuluh, tulah anak sulung. Seluruh anak sulung dari bangsa mesir, bahkan seluruh ternak sulung tewas. Anak sulung dipisahkan dari saudara-saudarinya. Dikhususkan. Jadi, alih-alih seluruh anak sulung bangsa Israel, Tuhan memilih satu suku sebagai ganti.
Menjadi bagian khusus, berarti menjadi perkecualian. Pasukan khusus misalnya, berbeda dengan pasukan tentara biasa. Beda tugas, beda tuntutan, dan beda kemampuan. Sama halnya, menjadi suku yang dikhususkan untuk menjadi suku pelayan membawa beberapa konsekuensi. Dan tidak semuanya mudah diterima.
- Suku Lewi akan menjadi suku pelayan, melayani di kemah pertemuan, merawat perabotan kemah.
- Suku Lewi mendapat bagian dalam korban-korban yang dipersembahkan bangsa Israel. Artinya, ada bagian-bagian korban (ternak) yang dikhusukan untuk mereka.
- Suku Lewi, tidak seperti suku-suku lainnya, tidak mendapat tanah warisan, tanah pusaka. Mereka memang mendapat kota-kota dan lahan untuk ditinggali, tetapi itu bukan pusaka. Suku Yehuda dan suka lainnya memperoleh tanah pusaka, yang bisa dibagikan kepada anak mereka, dan kemudian hari anak-anak mereka akan mewariskan kepada anak-anak mereka. Panjang Lebar Yosua menjelaskan batas-batas tanah yang menjadi milik pusaka suku-suku Israel.
- Mereka mendapatkan bagian "persepuluhan".
- Mereka harus memberikan sepersepuluh dari persepuluhan yang mereka terima.
PERSEPULUHAN ZAMAN MUSA
Ada sebelas suku Israel (kecuali Lewi) yang mendapatkan tanah pusaka, mendapatkan ladang. Merka dituntut agar memberikan persepuluhan yang akan diserahkan kepada kaum Lewi. Berikut adalah kutipannya :
" TUHAN berkata pula kepada Harun, "Kamu tidak mendapat warisan apa-apa. Di negeri yang Kujanjikan itu tak ada sebidang tanah pun yang menjadi milikmu. Aku, TUHAN, adalah bagian warisanmu." Kata TUHAN kepada Harun, "Segala persembahan sepersepuluhan orang Israel Kuberikan kepada orang-orang Lewi. Itulah bagian warisan mereka untuk pekerjaan mereka di Kemah-Ku. .. Mulai sekarang hanya orang Lewi yang boleh mengurus Kemah-Ku dan memikul tanggung jawab penuh atas pekerjaan itu. Peraturan itu berlaku juga untuk keturunanmu sampai selama-lamanya. Orang Lewi tidak mempunyai warisan di Israel, karena untuk bagian warisan mereka Aku sudah memberi segala persembahan sepersepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada-Ku sebagai pemberian khusus. Itu sebabnya tentang orang Lewi Aku berkata bahwa mereka tidak akan mendapat bagian warisan di Israel." TUHAN menyuruh Musa menyampaikan perintah ini kepada orang Lewi: Apabila kamu menerima dari orang Israel persembahan sepersepuluhan yang diserahkan TUHAN kepadamu untuk bagianmu, kamu harus memberi sepersepuluh bagiannya kepada TUHAN untuk persembahan khususmu. Persembahan khusus itu dianggap sama dengan persembahan gandum baru dan air anggur baru. Dengan demikian kamu pun harus mempersembahkan untuk persembahan khusus kepada TUHAN sebagian dari persembahan sepersepuluhan orang Israel. Persembahan khusus itu harus kamu serahkan kepada Imam Harun."
Singkatnya, Kaum Lewi tidak mendapat tanah, tetapi mendapatkan persepuluhan. Bila dijumlahkan, maka kaum Lewi mendapatkan sebelas per sepuluh dari seluruh total pendapatan, harta, hasil panen bangsa Israel.
PERSEPULUHAN MASA KINI
Di masa kini, beberapa gereja (dalam konteks Indonesia) mulai menggalakkan kewajiban memberi persepuluhan untuk seluruh jemaat. Wajib memberi perpuluhan setiap bulanan, diharapkan memberi perpuluhan kepada gereja tempat jemaat beribadah, dan menjaga kewajiban menunaikan perpuluhan ini senantiasa. Bahkan ada kartu perpuluhan, semacam kartu iuran pungutan sampah di lingkungan kita, memuat tanggal memberi, besaran, dan paraf penerima.
Wajib memberi perpuluhan ini memberi tantangan sendiri dalam pelaksanaannya. Walaupun dengan iming-iming "menaati perintah Tuhan", tetap saja sulit untuk mengarahkan jemaat. Maka ketika sebagian hamba Tuhan mengingatkan kewajiban perpuluhan, kerap kali dilanjutkan dengan perkataan/ide memberi Tuhan, mempiutangi Tuhan, orang yang memberi banyak akan menuai banyak, banyak memberi banyak diberi, Tuhan tidak menahan berkat bagi orang yang memberi di jalan Tuhan. Saya beritahu rahasianya, lebih dari setengah mereka akan mengutip Maleakhi 3 :10.
Orang-orang diarahkan untuk memberi perpuluhan, bahkan dengan motivasi baru. Memberi perpuluhan agar Tuhan menjadikan sang pemberi perpuluhan kaya. Ya, kaya. Berlawanan dengan logika umum, teori banyak memberi banyak diberi ini memiliki logika sendiri. Logika surga katanya.
Terkadang sebelum memberi persembahan atau perpuluhan, ada testimoni mengenai orang yang memberikan uangnya di masa susah, lalu ajaib sekali Tuhan memberikan ganjaran berlipat-lipat. Ada pula testimoni negatif, orang yang tidak memberi yang jatuh miskin dan semacamnya.
Perpuluhan kini ditangani oleh gembala sidang gereja. Bila persembahan gereja-gereja tradisional dihitung oleh majelis atau aktivis di ruang konsistori, maka persembahan gereja-gereja modern masuk ke dalam koper, lalu dikunci dan dibawa pergi oleh majelis. Detail persembahan misalnya jumlah uang ,siapa yang tahu kecuali yang mempunyai kunci. Ini masih ngomongin persembahan biasa loh ya.
Perpuluhan itu manis saudara-saudara, manis bagi orang di seberang meja. Menjadi gembala sidang suatu gereja di Indonesia (gembala sidang itu nama kerennya owner, alias pemilik gereja) berarti menjadi orang yang secara materi berkecukupan. Berkelebihan malah. Bila jumlah jemaat (tetap atau pengunjung) banyak, maka mereka adalah potential giver (bahasa marketingnya sebenarnya potential buyer). Google sejenak, dan anda akan mendapati gembala sidang gereja Indonesia tajir-tajir. Kalau hanya apartemen dan mobil sih gampang. Kapal pesiar, property di Australia dan US, material melimpah, ada semua pada mereka.
Menjadi pendeta itu adalah panggilan Tuhan, panggilan khusus untuk setiap individu. Herannya, setiap kali ada gembala sidang yang jualannya laku, entah kenapa panggilan Tuhan menjadi pendeta menyambangi istri, suami, anak, menantu, cucu, cicit dari sang gembala sidang ini. Ajaib sekali. Latah gitu ya. Lalu dalam waktu tidak terlalu lama, semua kerabat ini menjadi semacam pemimpin rayon, pemimpin area,dan semacamnya.
Bila kaum Lewi pun dibebankan kewajiban perpuluhan (sepersepuluh dari sepersepuluh), maka siapa yang bisa memastikan golongan owner ini membayarkan perpuluhannya? Siapa (lagi) yang bisa memastikan jumlah yang dia bayarkan benar-benar sepersepuluh?
Di jaman Musa, perpuluhan itu bertujuan untuk pemerataan materi, agar tidak ada bangsa Israel yang sangat kaya-raya, di sisi lain kaum Lewi susah untuk bertahan hidup. Perpuluhan itu semacam subsidi silang dalam satu komunitas.
Kaum-kaum pro perpuluhan menekankan kewajiban memberikan perpuluhan, dasarnya ya dari Alkitab. Herannya, dari bagian kitab yang sama, ada perintah-perintah Tuhan yang lain, yang sama spesifik, khusus, deskriptif dan panjang uraiannya, tetapi tidak mendapatkan penekanan serupa. Katakanlah tentang tahun Yobel. Ini artinya, seluruh properti yang dibeli pendeta-pendeta (sebenarnya berlaku untuk semua, tetapi dalam kasus ini kita batasi) ini harus dikembalikan kepada pemilik sebelumnya setelah lima puluh tahun. Lalu peraturan khusus mengenai hari Sabat (orang yang mengumpulkan kayu bakar pada hari Sabat dihukum mati, ketat sekali!),coba bayangkan bila Gembala sidang ini mewajibkan seluruh jemaat tidak bekerja pada hari minggu. Dan ada banyak peraturan-peraturan lain tertulis dalam lima kitab Musa.
UNTUK DIRENUNGKAN
Ada beberapa poin yang bisa kita renungkan bersama.
- Perpuluhan tidak hanya dari uang, tetapi ternak, dan hal-hal lainnya. Ada beberapa rekan yang saya kenal yang membuang diri di ladang Tuhan selama beberapa tahun sebagai buah sulung, sebagai perpuluhan waktu mereka. Sangat inspiratif.
- Motivasi perpuluhan tidak pernah untuk mendapatkan banyak dari Tuhan. Justru, kita sudah mendapatkan banyak dari Tuhan, perpuluhan ini untuk pemerataan. Bila kita hubungkan dengan bangsa Israel di jaman Musa, ada masa dimana mereka menjadi budak bangsa lain, diinjak-injak harga dirinya. Lalu tiba waktu dimana mereka mendapatkan tanah sendiri untuk digarap, tanah sendiri untuk diwariskan kepada keturunan, harga diri sebagai bangsa merdeka. Bahwa ada saudara mereka yang tidak mendapatkan tanah warisan dan harus menjadi pelayan kemah pertemuan, perpuluhan ini adalah sarana untuk mencapai kesejahteraan bersama. Berhati-hatilah bila gereja anda konstan mengajarkan, memberi perpuluhan agar Tuhan memberi materi kepada anda sebagai balasnya.
- Pada waktu sensus awal di jaman Musa, ada 22.273 orang Lewi yang berusia satu bulan ke atas. Jumlah ini penting untuk pemerataan perpuluhan dan korban-korban yang boleh diterima oleh kaum Lewi. Sekarang ini, agak sulit rasanya membayangkan ada gembala sidang yang mau membagi perpuluhan dengan gembala sidang gereja lain, atau hamba Tuhan yang berbeda ajaran atau denominasi. Oleh karena itu, pemberi perpuluhan harus lebih bijak dalam memberi perpuluhan. Caranya, ya dengan membagi-bagi perpuluhan dan menyerahkannya kepada banyak pos. Misalnya, alih-alih memberikan perpuluhan Rp.1000 ke satu pos, lebih baik memecah menjadi Rp200 masing-masing yang diberikan ke lima pos.
- Ada hamba Tuhan yang Tuhan tempatkan di kota besar. Ada juga yang Tuhan tempatkan di kota kecil. Di daerah Jawa Barat ada Sekolah Alkitab Pertanian, intinya adalah mendidik calon hamba Tuhan agar menjadi pelayan Tuhan dan menjadi petani sekaligus, agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka ini, yang sudah membuang diri ke ladang Tuhan, agar kita bisa menjadi pekerja profesional di bidang kita masing-masing, layak mendapatkan perhatian kita, ya 3D lah (doa, daya, dana). Terharu saya membayangkan perngorbanan orang-orang seperti mereka ini dalam melayani TUHAN. Bila dihadapkan pada pilihan mengumpulkan dana untuk kapal pesiar gembala yang baru, atau kebutuhan petani-pendeta ini, tak ragu saya memilih yang kedua. Lagipula buat apa gembala butuh kapal pesiar baru? Tongkat gembala baru sih mungkin.
- Ada masa ketika bangsa Israel memberikan korban persembahan dan perpuluhan, lalu merasa puas diri. Semacam sogokan pada Tuhan, agar mereka bebas berbuat apa saja. Tuhan mengecam praktik semacam ini. Tuhan bilang :"Aku tidak butuh persembahanmu". Memberi persembahan perpuluhan saja tidak cukup. Berikan dengan gentar hati, berikan dengan penghayatan bahwa seluruh yang kita miliki adalah milik Dia, kita ini hanya caretaker.
- Bagi pro-perpuluhan maupun kontra-perpuluhan, semua yang kita miliki sekarang, datangnya dari Tuhan. Punya Tuhan semua itu. Dari yang besar-besar semisal deposito di bank, sampai yang remeh-remeh sekecil uang parkir atau tips buat pak ogah di putaran balik. Mari kita menjadi penatalayan uang Tuhan yang baik dan setia.
Semoga kaum Lewi masa kini lebih merata kesejahteraannya, mereka bisa lebih khusuk melayani Tuhan. Entah itu di hutan belantara, daerah terpencil dan pelosok yang masih tinggi demam berdarahnya. Atau di ibukota Indonesia, berlimpah susu dan madunya, sekarang sih lagi demam Korea. Biar kiranya nama TUHAN dipermuliakan.
28Desember2012
HiuPedang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H