Mohon tunggu...
Hitachi Mitsubishi
Hitachi Mitsubishi Mohon Tunggu... -

When someone believes something which is not real. It is called insane. When many people believe something which is not real. It is called religion.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ber-Agama Menurut Ilmu Psikologi

22 April 2010   11:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 4344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada dua pertanyaan penting yang tidak diketahui oleh umum. Pertama, Dampak-Agama menurut Ilmu Psikologi itu apa ? Kedua, Orang ber-agama menurut ilmu psikologi: jiwa-nya Normal atau GILA ?

Sambil browsing mencari literatur berkenaan dengan hal di atas, secara nggak sengaja saya temukan satu postingan yang sangat singkat, padat, dan jelas oleh Sdr. Hireka, berkenaan dengan ber-agama menurut ilmu psikologi

Secara umum pandangan Ilmu Psikologi terhadap ber-agama, didasarkan dari pandangan Sigmund Freud, yang menyatakan bahwa orang ber-agama mengalami gangguan kejiwaan, delusi, memgkhayalkan sesuatu yang tidak ada.

Saya kutip dari Sdr Hireka sbb:

"# Dalam pandangannya atas agama, Freud mengemukakan Tesis:
“Praktek agama atau agama itu sendiri tidak lain adalah neurosis yang dilakukan bersama-sama.”
“Neurosis as an individual religiosity and religion as a universal obsessional neurosis.” (lih. “The Complete Psychological Works of Sigmund Freud”, standard edition, Vol. IX, hlm. 126)
# Sebenarnya ada 4 karya dari Freud ttg pandangannya atas agama, a.l.:
1. “Obsessive Acts and Religious Practices” (1907)
2. “Totem and Taboo” (1913)
3. “The Future of an Illusion” (1927)
4. “Moses and Monotheism” (1940)

Namun, agar tidak kepanjangan, saya ambil sumber no.1 saja.
Alur Logikanya begini:

* Ada kesamaan ciri-ciri antara [1] pasien penderita NEUROSIS OBSESIF dan [2] pelaku RITUAL KEAGAMAAN (umat beragama).
* (Catatan: Neurosis Obsesif = penyakit mental yang menguasai pasien untuk melakukan terus-menerus perbuatan2 aneh tanpa ia sendiri sanggup menghentikannya, misal: setiap kali menengok apakah pintu rumah sudah terkunci dan terus menerus merasa cemas atasnya)
* Kesamaan itu adalah: kedua-duanya [1] menomorsatukan RITUAL SAMPAI SEKECIL-KECILNYA dgn kekhawatiran utk [2] melakukan sesempurna mungkin dan [3] takut ada yang terlupakan. Keduanya pun yakin bahwa [4] dengan praktik sempurna ritual tsb, orang akan mendapat perlindungan atau kompensasi dari hukuman. [5] Semua ini dilakukan dalam kondisi ketidaksadaran terus-menerus (impulsively unconscious).
* Bedanya, perbuatan neurosis dilakukan secara individual, sedangkan ritual keagamaan dilakukan bersama-sama dalam 1 komunitas.
* Selain itu, dalam perbuatan neurosis terjadi represi atas kecondongan seksual. Sedangkan, dalam ritual keagamaan yang direpresi adalah kecenderungan egois dan asosial (=manusia diharuskan terus-menerus cinta sesama dan takut untuk egois).
Sumber: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090624031736AAvqF0d

American Psychological Association mengeluarkan pernyataan atas dampak negatif agama yang menimbulkan pra-sangka dalam kehidupan di masyarakat sehari-hari.

"Prejudice based on or derived from religion and antireligious prejudice has been, and continues to be, a cause of significant suffering in the human condition."

Dua sifat dasar dari agama, yaitu:

1. Komunikasi vertikal satu-arah (one-way communication). Komunikasi dari manusia KEPADA Tuhan, dan bukan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun