Mohon tunggu...
Hisyam Suratin
Hisyam Suratin Mohon Tunggu... Konsultan - but first, coffee.

Penikmat kopi yang menceritakan kembali isu sosial, seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Distorsi Prostitusi I

14 Mei 2015   18:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:03 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi pria, kita tentu mengerti akan adanya dunia gemerlap dengan keindahan “kupu-kupunya”. Mereka terbang dari satu tubuh ke tubuh lainnya, menghisap madu surga yang dimiliki pria. Dan akhir – akhir ini, dunia prostitusi digemparkan dengan blow up sejumlah media terhadap aktivitasnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="622" caption="Ilustrasi oleh carasumber.com"][/caption] Prostitusi yang menjadi rahasia gelap setiap kota, menimbun begitu banyak cerita. Mulai bahagia hingga derita. Semua terangkum dalam dunia yang ternyata memiliki sudut pandang bahagia yang unik ini. Betapa tidak, kebahagiaan dan kepuasaan mereka terwakili oleh biologis saja. Tak ada rasa, tak ada perasaan.

Kalau hari ini kita gencar menghujat dan menghakimi pelaku dalam bisnis ini, saya rasa kita masih normal. Namun, apa semua terhenti dengan menghukumnya secara sosial? Saya rasa jauh dari kata selesai. Justru, ini merupakan titik balik dalam dunia yang saat ini sedang bersembunyi dalam balik kantong – kantong pemerintah.

Saat ini dunia ini tengah mengalami uptrend, yang artinya sedang mengalami kenaikan harga jual. Saya meminjam istilah ekonomi itu karena memang dunia ini merupakan industri dengan intensitas yang tinggi.

Dalam prinsip ekonomi, harga akan cenderung naik ketika supply rendah sementara demand tinggi. Dan hal ini merupakan yang terjadi saat ini. Penutupan lokalisasi, yang sejatinya menjadi pasar jual beli untuk produk – produk prostitusi ditutup. Secara tidak langsung, ini menurunkan supply terhadap demand (permintaan) yang tinggi itu. Hasilnya, harga akan melambung tinggi. Dan itu otomatis. Pelaku bisnis akan mengambil keuntungan dari ini, terlebih mereka “bermodal” besar.

Bahkan banyak orang menganggap prostitusi artis yang kini ramai dengan harga mencapai ratusan juta rupiah merupakan hal fantastis. Namun tidak bagi saya. Begini, sebagian besar orang melihat jika dunia prostitusi hanya menyediakan jasa untuk kepuasan seks. Untuk pandangan itu saya tidak menyalahkan. Saya hanya menambahkan jika di Kota Malang, saja seorang wanita penghibur dapat mendapat uang senilai 20 juta rupiah hanya untuk satu malam saja. Ini saya ketahui ketika saya melakukan reportase pada dunia prostitusi di kota kelahiran saya ini.

Mencengangkan memang, namun apa itu hal yang wah, saya rasa tidak. Ternyata pelayanan yang mereka berikan bukan hanya seks, melainkan lebih pada pelayanan psikologis pelanggannya. Mereka mencoba memahami sang customer dengan jiwa wanita dan keibuannya. Dan itu yang dapat membuat pelanggan mereka senang dan puas. Sementara seks, hanya bonus ketika seorang pria dan wanita semalam bersama dalam satu ruang tertutup.

Fakta yang mengejutkan, dalam reportase ini memang saya tidak menunjukkan tujuan saya sesungguhnya. Saya melihat, mereka juga memiliki masalah dengan kesadaran pribadi terhadap pekerjaan yang mereka lakukan mereka tahu jika yang mereka lakukan merupakan perbuatan tidak bermoral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun