Di Dawesari Dusun Dawe Kulon, Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan terdapat suatu makanan yang sangat ramai dikunjungi. Namanya ‘pentol kangen’. Mungkin namanya terdengar lucu dan unik menggoda. Karakter lucu membuatnya makin digandrungi para kaula muda milenial
Harga seporsi dua ribu rupiah pun sudah memaksa perut menari-nari dan kekenyangan. Sebabnya pingin nambah lagi dan lagi. Harga minimal lima ratus rupiah pun sudah dapat satu buah pentol versi mini. Dan yang jumbo seharga dua ribu rupiah saja.
Kebersamaan adalah hal yang langka, tutur salah satu anggota anak muda di sana.Â
Keterampilan dan kemampuan menjual sangat diperlukan demi memadupadankan aneka jajanan lainnya. Ketersediaan stok juga tidak boleh diabaikan. Karena kalau stok habis kita bisa kewalahan. Saking lezatnya pentol tersebut
 Iqbal namanya, salah satu pemuda nan tampan, versi dia sendiri maksudnya. Karena dia menggilai jajanan bundar tersebut. Seringkali dia menambahkan bumbunya sendiri. Ya memang pentolnya ni bisa ambil sendiri sesukanya. Tapi jangan lupa membayarnya. Mereka memanggil namanya Dilan. Karena mirip. Hanya namanya saja..
Sebagian bermain remi dan gadget. Semakin larut malam semakin ramai. Ditmbah suasana sejuk rindang karena memang banyak pepohonan. Sebagian memainkan skillnya dan sambil menghabiskan sisa makanannya meski matanya sayup-sayup mulai meredup.
Kedatangan ustad kami terasa keren namun mengasyikkan. Jujur saja ini hal yang perlu dilestarikan. Belajar dari para pakar tidak membuat sukar. Jika kita tidak belaja melalui beliau ini, bisakah kita memperoleh pengalaman dengan waktu yang sangat singkat. Tentu tidak mungkin diwujudkan secara  gaya bahasa berharga.
Awalnya haanya usaha pentol dan cilok saja, namun karena banyaknya permintaan dibuatkanlah pesanan tahu pentol dan mi. Tak lupa kecap dan bumbu tambahan siap dimasukkan sebagai cadangan apablila kekurangan varian rasa. Sistem usaha menggunakan model 'franchise’ atau waralaba karena dirasa sangat mudah dan menguntungkan.
Kebanyakan yang lagi lapar. Kehabisan makanan dan akhirnya makan mi saja. Disantap dengan tahu pentol. ''Sungguh d luar dugaan dagangan bisa ludes hanya dalam sehari, “ tutur seorang bidadari kesayangannya. Ia juga yang membantu usaha suaminya. Ditambah karyawan lagi yang tentunya adalah kakanya sendiri. Ide yang cukup brilian mengingat susahnya mencari karyawan yang mau bekerja secara cepat dan cerdas. Ada saja kelakuan para kece-kece ini sangat menambah kelucuan.
Gagal berangkat karena terlalu malam untuk mengambil stok karena mendadak habis. Gagal berangkat bukan berarti galau. Semua pasti ada rencana Tuhan yang Maha indah. Harga bukan masalah yang penting bisa bergaul, candanya. Ikhlas, tawakal dan berbakti kepada orang tua dan mertua adalah nomor satu. Kesuksesan tidak didapat dengan mudah namun melalui jerih payah. Tingkat stres juga berkuang pelan-pelan dengan berwirausaha 'Pentol Kangen' yang membuat semua orang ketagihan kangennya.Â
SuperGelegar terdengar dari suara yang ada di belakang rumah. Ternyata suara saudara sendiri. Mereka sedang kelaparan. Sungguh menggemaskan dan mencamaskan yah. ''Nambah juragan saja, “ ujar Yuk Kalim begitu panggilan dari istrinya Mustofa sambil mengaduk kuah pentol. Saking niatnya Bos Mustofa ini, beliau bekerja begitu tekun. Kadang luapa kalau beliau suka pentol juga. Hhehehe
Hisyam abdulloh