Sepulang kantor semalam, selepas shalat isya' saya mengambil posisi wuenak (PW) ditempat tidur sambil mengamati berbagai perkembangan isu terkini dari TV. Mulai dari tawuran antar kampung di Palu yang tak habis-habisnya, berita pelajar esek-esek ketangkep basah, hingga yang paling up todate  penempelengan sipir cengeng di Pekanbaru.
Ahaaa...., ada beberapa intisari dari segala riuh rendah tanggapan dan komentar orang-orang yang mengaku cerdas trengginas di negri sontoloyo ini, baiklah saya urutkan satu persatu dari kelas syahwat-nya, diantaranya:
1. Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra: beliau mempertanyakan anggaran sewa pesawat untuk mengangkut 3+1 begundals dari Lapas Pekanbaru. Â Saya menghormati beliau sejak kemunculannya diawal reformasi, tapi untuk issue ini tak sepakat dengannya. Semangat menghantam lawan politik terasa kental, jadi lebih terasa tak berpihak pada kebenaran hakiki (pengungkapan kasus narkoba di lapas-nya).
Bodoh-bodohan nya begini, biaya sewa pesawat USD 3,000 / jam dgn lama terbang 3 jam pp CGK-PKU, maka total sewa tak akan lebih dari USD 10,000 alias Rp. 90 juta. Bandingkan dengan kerugian materi dan non-materi yang tak terbatas terhadap rusaknya generasi muda harapan bangsa akibat bebasnya perdagangan narkoba, termasuk yang disinyalir terjadi di lapas-lapas seluruh Indonesia.
Perlu ada terobosan extra-ordinary atau diluar kebiasaan untuk memutus mata rantai proses genosida generasi bangsa ini. Dan seorang Wamenkumham mau mengambil resiko itu, saya respek dengan terobosan pak Wamen.
2. Nudirman Munir SH, anggota DPR RI: mengungkap beberapa kebohongan yang dilakukan Denny Indrayana terkait permasalahan penegakan hukum, baik sebelum menjadi Wamen maupun sesudahnya. Yang notabene terobosan-terobosan itu dimaksudkan untuk memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Salah satu contoh adalah pembatasan pemberian remisi kepada koruptor alias maling uang negara, substansinya sangat baik tetapi justru dipersoalkan masalah legalitasnya semata. Sesungguhnya legalitas diatur untuk memenuhi rasa keadilan, dalam kondisi tertentu harus dilakukan terobosan hukum untuk mencapai asas keadilan tadi. Dalam hal ini, Nudirman pun memperlihatkan semangat menghantam lawan politiknya.
3. Anton Sihombing, ketua Komisi Tinju Indonesia (KTI): Ybs menyindir dengan mengajak pak Wamen bergabung sebagai asisten pelatih tinju profesional. Hadooooh...kalo yang ini sih sentimen-nya rada berbau busuk. Tau sendiri kan yang di tempeleng namanya Darso Sihombing hehe .... :)
4. Dirjen PAS Shihabudin: Gembar gembor mengatakan 31 ribu pasukan sipir sudah bergerak melawan Wamenkumham Denny Indrayana, yang notabene atasannya sendiri. Saya kira ybs bisa dituntut balik dengan tuduhan melawan perintah atasan, kode etik kepegawaian. Kalau yang ini saya tak paham, syahwat apa yang membuatnya bernafsu hehehe... :)
5. Menkumham Amir Syamsuddin SH: beliau terkesan cuci tangan, tak mau mengambil peran sebagai pemimpin tertinggi institusi Hukum & HAM. Toh gerakan dan gebrakan Denny Indrayana sang wakil, tak terlepas dari restu dan persetujuan ybs. Jika tak berani mengambil resiko, sebaiknya tak usahlah jadi pemimpin. Untuk ini, saya juga tak paham syahwat apa yang membuat beliau menjadi "slow motion" hehe :)
Akhirul kata, yuuuk  lebih cerdas memilih dan memilah mana "kebenaran" dan mana "kebathilan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H