Heran dengan sikap Dirjen Lapas, Kakanwil DepkumHam Riau, Kalapas Pekanbaru yang kompak menyuarakan "derita" sipir Lapas-nya yang kena tampar. Bicara soal tampar-menampar, saya yakin merekalah ahlinya. Dalam sehari kalau tak menampar napi niscaya gatal tangannya. Eeeh....ini baru ditampar sekali, langsung mewek keras-keras......"mamaaaaaaaa.....aku ditampar", begitulah kira2 jeritan hati selembut salju nan pilu si sipir, bisa dikatakan "Muke Seperti Rocky tapi Berhati Rinto"....hehe....
Setelah reformasi yang diperjuangkan mahasiswa dengan darah dan airmata 14 tahun yang lalu, terjadi perubahan radikal sikap koruptif aparatus pemerintahan mulai dari pusat hingga level RT. Mereka sangat berhati-hati dan tak punya nyali untuk minta upeti, imbalan, suap atau apalah namanya kepada anggota masyarakat yang menemuinya untuk suatu urusan admisnitratif.
Tetaaaaaapi....., itu hanya bertahan beberapa bulan bahkan tahun awal reformasi saja. Mentalitas "maling" kembali muncul kepermukaan dengan pola yang bahkan lebih ganas, lebih rakus, lebih masif, dan bahkan dilakukan terang2an tanpa ada urat malu lagi. Untuk menghindar dari endusan KPK, keluarga yang terdiri dari istri, anak, bahkan mertua pun dilibatkan proses transfer uang haram. Anehnya inipun di-amini dengan takzim oleh anggota keluarga mereka, yang malahan sangat bangga memamerkan kemewahan hasil "maling" bokap nya hehe...
Penamparan yang terjadi di lapas pekanbaru baru-baru ini menyeret Denny Indrayana, Wamenkumham RI, ke dalam pusaran issue. Bantahan sudah disampaikan oleh DI, bahwa yang menampar adalah salah satu anggota BNN. Tetapi Dirjen Lapas keukeuh bahwa Denny lah yang menampar. Loooooh...besar juga nyali Dirjen Lapas, atasannya sendiri dilawan, dengan dukungan anak buahnya di daerah. Padahal pendidikan mereka selama di akademi dulu dilaksanakan secara semi militer, dimana ketaatan terhadap perintah atasan adalah harga mati, ada apa ini?
Saya termasuk warga yang menyukai kepemimpinan yang bertipe lugas, Indonesia saat ini perlu pemimpin lugas, straight forward. Contoh jika lapisan kedua saya selalu memberikan laporan yang membuat saya tidur pulas setiap hari, maka saya sendiri akan turun ke lapangan menge-cek kebenaran laporan itu. Jika terbukti tidak benar, maka lapisan kedua saya akan menerima konsekwensinya. Pada dasarnya, hirarki birokrasi di-design untuk tercipta pengawasan berjenjang pada setiap level jabatan. Artinya, setiap level jabatan harus tau betul apa yang dikerjakan bawahannya terkait tugas dan tanggung jawab mereka. Untuk itulah mereka dibayar setiap bulan oleh negara dari uang pajak yang dipungut dari masyarakat.
Reformasi kita, harus tetap berjalan dan jangan melihat kebelakang. Proses ini akan memunculkan manusia baik dan manusia bejat, alamiah saja. Kebaikan akan selalu muncul sebagai pemenang, yang dibutuhkan hanya nafas panjang masyarakat kecil yang hidupnya penuh dengan penderitaan.
Pak Denny, tampar saja lagi bawahan anda yang bermental "tikus got", I like it....hehe :)
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H