Mohon tunggu...
Hisam Sidqi
Hisam Sidqi Mohon Tunggu... Seniman - membaca

Minoritas Pilihan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapitalisme Pendidikan Memanfaatkan Kebenaran dalam Kesalahan

4 November 2019   23:44 Diperbarui: 23 Oktober 2022   16:34 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jika kita mendengar kata mahasiswa maka kita akan tertuju pada sosok atau sekumpulan orang yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi baik dari PTS ataupun PTN. Di mana eksistensi dari mahasiswa sangat dibutuhkan oleh masyarakat tapi tidak jarang pula mahasiswa disalahkan bahkan dikriminalisasi oleh sekelompok masyarakat lantaran perilakunya yang tidak cocok terhadap masyarakat tersebut. Hal tersebut sebaiknya kita perbaiki sebelum memberikan lebel yang cenderung menstikma negatif terhadap mahasiswa.

Mahasiswa merupakan agent of change (perilaku perubahan) yang dituntut untuk mampu menjawab problematika yang terjadi di dunia internal khususnya di kampus sendiri. Di mana mahasiswa menjadi korban dari kaum kapitalis pendidikan untuk kepentingannya pribadi tanpa menghiraukan sebab akibat yang terjadi setelahnya. Dengan janji dan sandiwara yang dimainkan menjadi terbungkus rapi untuk ditawarkan. Tentu sebagai masyarakat awam akan terbuai dan memilih suatu barang yang terlihat bagus tanpa memikirkan apa isi dari bungkusan tersebut.

Sebagai mahasiswa yang terkenal dengan agen perubahan, bagaimana menanggapinya. Apakah hanya diam, menjadi penonton dari drama yang telah dibuat oleh kaum kapital pendidikan, ataukah hanya menanggapinya dengan cara memperbanyak teori seperti kajian-kajian, atau bahkan terjun kelapangan guna menyampaikan aspirasi dari mahasiswa yang memang benar-benar faham akan ketertipuannya.? Manusia adalah mahkluk dinamis yang perlu bahkan harus ada perubahan baik untuk dirinya dan untuk lingkungan sekitarnya.

Memahami realita mahasiswa saat ini, versi saya mengutip dari pandangan Psikonalis Sigmun Freud ada benarnya. Ia berpendapat bahwa tindakan manusia dipicu oleh nafsu libidalnya. Nyatanya banyak diantara mahasiswa menjadi alat yang dimanfaatkan untuk melancarkan mesin dari kaum kapitalisme. Mahasiswa yang notabenenya dari segi psikologisnya adalah remaja dan pemuda yang sedang mencari jati diri, menjadi lahan yang menjanjikan dengan berbagai iming-iming guna menyuburkan tanaman para elit kapitalis pendidikan. Sehingga akan mudah terpengaruh oleh rayuan tersebut.

Akibatnya banyak saat ini mahasiswa yang prinsipnya masih labil, lebih mengedepankan perasaan dari pada logika. Ketika terjadi percekcokan diantara mereka yang pada dasarnya adalah masalah pribadi tetapi menular dan menjadi virus bagi mahasiswa lain yang lebih dekat dengannya, dengan memperburuk keadaan bahkan berpengaruh pada organisasi yang digeluti. Bukankah salah satunya mengandalkan logika untuk mencari solusi guna memperbaiki masalah kecil yang dibesar-besarkan.  

Fenomena itu tentu harus disikapi secara tegas, karena jika tidak, maka akan terus-menerus menjadi regenerasi yang hanya bisa merusak bahkan tidak baik untuk kedepannya. Dari pendidik tentunya harus mengayomi dan membimbingnya dengan baik bukan dengan mengadu domba dengan memilih tujuan yang benar menurut mereka tetapi dengan cara yang salah. Dengan kata lain, merasa benar dalam kesalahan.

Karl Marx pernah menyatakan bahwa negara tak lebih adalah kelas atas untuk melanggengkan kepentingannya. Kita berharap, jangan sampai tesis dari Karl Marx ini disalah gunakan atau menjadi pedoman bagi kaum kapital berpendidikan terhadap mahasiswa. Karena generasi penerus saat ini tentu menjadi tumpuan harapan bagi bangsa di masa depan.

(Hisam Sidqi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun