Integrasi interkoneksi dalam konteks pendidikan merujuk pada upaya untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, metode pengajaran, teknologi, dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan menciptakan pengalaman belajar yang lebih holistik.
John Dewey (1859—1952) Seorang filsuf dan pendidik Amerika Serikat yang sangat berpengaruh dalam pendidikan progresif (progresivisme). Dewey percaya bahwa pendidikan haruslah berpusat pada pengalaman dan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Baginya, integrasi interkoneksi adalah kunci untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan dunia modern.
Lev Vygotsky (1886-1934) Seorang psikolog asal Rusia yang dikenal dengan teori perkembangan kognitif sosialnya. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran. Menurutnya, integrasi interkoneksi terjadi ketika siswa berpartisipasi dalam aktivitas bersama dan berinteraksi dengan orang lain untuk membangun pemahaman yang lebih dalam.
Howard Gardner (1943) Seorang psikolog kognitif yang terkenal dengan teori kecerdasan majemuk. Gardner menyatakan bahwa setiap individu memiliki beragam kecerdasan yang harus diakui dan dikembangkan dalam pendidikan. Integrasi interkoneksi dalam pendidikan, menurut Gardner, melibatkan pengakuan dan pemanfaatan berbagai jenis kecerdasan dalam proses pembelajaran.
Maria Montessori (1870-1952) Seorang Ilmuwan, dokter dan pendidik Italia yang dikenal dengan metode Montessori. Montessori percaya pada pentingnya lingkungan belajar yang terstruktur dan merangsang untuk memfasilitasi eksplorasi dan pembelajaran mandiri oleh siswa. Menurut beliau integrasi interkoneksi terjadi ketika pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan minat individu siswa.
Ken Robinson (1950-2020) Seorang pendidik dan penulis buku tentang transformasi di bidang pendidikan asal Britania Raya yang dikenal karena advokasinya terhadap perubahan dalam sistem pendidikan untuk mendukung kreativitas dan inovasi. Robinson berpendapat bahwa pendidikan harus berfokus pada pengembangan potensi unik setiap siswa, yang membutuhkan integrasi interkoneksi antara berbagai disiplin ilmu dan pendekatan pembelajaran yang beragam.
Kurikulum Merdeka adalah kerangka kurikulum yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas, relevansi, dan kreativitas dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan penting dalam Kurikulum Merdeka adalah integrasi interkoneksi, yang menekankan pada keterhubungan antara berbagai mata pelajaran dan konteks pembelajaran.
Kurikulum Merdeka telah menjadi fokus utama dalam reformasi pendidikan di berbagai negara. Salah satu tujuan utama Kurikulum Merdeka adalah untuk meningkatkan relevansi pembelajaran dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa serta memberikan kebebasan lebih kepada guru dalam merancang pembelajaran. Integrasi interkoneksi adalah pendekatan yang penting dalam Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk mengeksplorasi keterhubungan antara berbagai konsep dan disiplin ilmu.
Mengapa Integrasi Interkoneksi Penting dalam Kurikulum Merdeka?
Pertama, meningkatkan keterhubungan antar materi pelajaran. Integrasi interkoneksi memungkinkan siswa untuk melihat keterkaitan antara berbagai mata pelajaran, seperti matematika, sains, bahasa, dan seni. Hal ini membantu siswa untuk memahami bagaimana konsep-konsep yang mereka pelajari saling terkait dalam kehidupan nyata.
Kedua, mendorong pemikiran holistik. Dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, siswa diajak untuk melihat masalah atau situasi dari berbagai sudut pandang. Hal ini membantu mereka mengembangkan pemikiran holistik dan kritis.