Mohon tunggu...
Hilda Wahyuni
Hilda Wahyuni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student of Agronomy and Horticulture I Bogor Agricultural University (Institut Pertanian Bogor I Angkatan 46 (2009) I sang pemimpi I petani berdasi I like puisi I ordinary girl I sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Paradoks Negeriku

5 Desember 2012   02:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Indonesia

Negeri yang katanya kaya raya

Benarkah ?

Indonesia

Negeri yang katanya zamrud di khatulistiwa

Benarkah ?

Tanya itu mungkin sering muncul

di benak manusia yang tak berdarah merah putih

Namun, tidak denganku

Karena aku, mengenal negeriku



Tak bohong jika negeriku, kaya alamnya,

dari Pulau We hingga Pulau Rote, dari sabang hingga Marauke

Tak bohong pula, ketika ku bilang negeri ku kaya akan budaya,

dari serambi mekah hingga pulau hitam, dari Aceh hingga Papua



Aku, lahir di tanah para pejuang

Dalam darahku, mengalir darah bangsa yang terjajah selama ratusan bahkan ribuan tahun

Hingga perpisahan menjadi bukti perjuangan tanpa pamrih

Perpisahan yang sungguh membawa negeri ke alam surga

Perpisahan dengan mereka yang tak sudi bagi bangsa untuk berlutut di hadapannya

Perpisahan yang indah, Merdeka…



Namun…

sejenak, ku tertunduk dan menangis

Melihat saudaraku banyak yang juga menangis

Aku tersadar…

Ternyata bangsaku, masih terjajah

Terjajah oleh kebodohan, kemiskinan dan kesengsaraan



Mungkin dahulu, Soekarno-Hatta menjadi bukti bakti

Tak hanya itu, darah pahlawan pun kian banjir di seluruh penjuru negeri

Siapa yang tak kenal

Bung Tomo, Jenderal Sudirman, Diponegoro, Imam Bonjol, bahkan Walisongo…

Bukan bohong, jika mereka sanggup berkorban sampai mati



Jika dahulu, penjajah bermain dengan senjata

Maka kini, penjajah bermain dengan ilmu dan harta

Jika dahulu, pejuang maju menyongsong bambu runcing sebagai senjata

Maka kini, ilmu dan hartalah yang berbicara dan bertahta

Tapi, apakah negeriku sekarang sudah punya itu semua ?



Indonesia…

Paradoks nyata tentang kisah sebuah negeri kaya namun sengsara

Pemimpinnya kini tak lagi peduli rakyatnya

Bahkan harta dunia sanggup tuk membeli kehormatan bangsa

Dunia pun tau, jika negeriku banyak penjahat yang berkuasa



Sungguh, aku malu pada Tuhan

Karena bangsa ini telah bobrok akhlak dan moral

Bahkan jauh dari nilai yang tertancap kuat sebagai panji dan identitas bangsa

Yang kata mereka, negeri ini negeri umat Muhammad, utusan Tuhan penutup akhir zaman



Aku ingin tertawa, tapi tak bisa tertawa

Aku ingin menangis, tapi air mataku tertahan

Aku ingin marah, tapi ku tak sanggup keluarkan

Karena jujur, aku masih cinta dengan negeriku..

Walau ia penuh ketidaksempurnaan, bahkan jauh dari kesempurnaan…

Tapi aku yakin, Tuhan masih sayang dengan negeriku

Karena negeriku masih punya segolongan manusia yang menyeru kebaikan

Walau sulit, tapi janji Tuhan kian dekat…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun