Mohon tunggu...
Hilda Wahyuni
Hilda Wahyuni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student of Agronomy and Horticulture I Bogor Agricultural University (Institut Pertanian Bogor I Angkatan 46 (2009) I sang pemimpi I petani berdasi I like puisi I ordinary girl I sederhana

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cerita Cinta

22 Juli 2013   21:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Melihat sebuah cinta itu bagaikan melihat angin. Ia terasa tapi tak tampak. Ia ada, tapi tak nyata. Semilirnya mampu menenangkan hat-hati setiap jiwa. Namun ia juga mampu membinasakan dalam sekejap mata. Ia bisa hadir dengan kekuatan yang sangat dahsyat, tapi terkadang belaian lembutnya pun mampu menjatuhkan. Maka dalam menghadapinya, perlu sebuah kekuatan pula yang mampu membuat diri bertahan. Karena ia bisa saja menjadi racun yang mematikan.

Lalu apakah cinta itu berbahaya? hmm, tidak juga… Ia berbahaya jika tak kau tempatkan pada tempatnya. Namun jika ia berada pada tempat yang tepat, maka ia mampu menjadi sebuah anugrah yang dapat menjadikan manusia kian hanyut dalam buaiannya. Bahkan dengan cinta, membuatnya kian dekat dengan apa yang dicintainya. Cinta mampu membuat  bibir terus tersenyum. Cinta mampu membuat hati terus berdegup kencang. Cinta juga mampu membuat otak tak sadarkan diri. Bahkan cinta terkadang membuat orang yang merasakan, rela berkorban demi apa yang dicintainya. Namun sekarang pertanyaannya, kepada siapa cinta itu harus ditautkan ? dimana cinta itu harus ditempatkan ?

Jawabannya pasti berbeda-beda, sahabat. Setiap manusia memiliki jawaban masing-masing atas pertanyaan tersebut. Namun, jika kau mengerti dan memahami apa arti cinta yang sebenarnya, maka pasti jawabanmu hanya satu, yaitu Allah SWT. Adakah yang lebih pantas dan berhak mendapatkannya kecuali Ia, Sang Maha Cinta. Ia lah pemilik puncak cinta tiap manusia. Ia lah yang menjadi hilir cinta yang paling hakiki. Maka tak pungkiri jika kau bertanya, ” apakah istri, suami, orangtuaku, anak-anakku, tidak berhak mendapatkan cintaku ?. Jelas, mereka pun berhak mendapatkan cinta mu, namun cinta mu kepada Allah harus mampu mengalahkan cintamu kepada mereka karena pada hakikatnya, mereka adalah titipan yang Allah berikan sebagai bentuk rasa cinta Allah kepada kita. Maka titipan itu pun patut kita cintai sebagai bentuk pembalasan cinta kita kepada Allah.

Nah sekarang sudahkah kita mengerti apa itu arti cinta ? Bagaimana cinta itu hadir di dalam hati dan jiwa tiap manusia? Mengapa terkadang cinta mampu membisikkan kesesatan bahkan kemungkaran bagi pemiliknya? Apakah syetan telah bersama cinta untuk saling bekerja sama? Atau kah karena manusia yang tak mampu menjaga dan membentengi hati dan jiwanya dari cinta yang terlarang ?

Cinta adalah pengorbanan. Cinta adalah rasa ingin memiliki terhadap apa yang dicintainya. Cinta adalah enzim teraktif dalam sebuah hubungan yang dilandasi komitmen dan kepercayaan. Maka cinta mampu hadir sebagai oase di tengah padang pasir, cahaya di kegelapan malam, hujan di musim kering, bahkan api di musim salju. Ia datang membawa harapan kepada pemiliknya. Ia datang dengan sejuta pesona yang mampu menjadikan pemiliknya kian tunduk kepadanya. Itulah kehebatan dari cinta, yang mampu menyihir tiap mata yang melihatnya, hati yang merasakannya, dan telinga yang mendengar kedatangannya. Ia pun mampu bagai seorang pahlawan di balik keruntuhan dan keterpurukan.

Lalu bagaimana ia hadir ? Apakah cinta datang tiba-tiba ? Ia lahir atas sebuah kepercayaan. Ia hadir atas kekaguman dan keyakinan. Ia datang karena rasa pengorbanan, keikhlasan, tanggung jawab dan kasih sayang. Maka sang pemilik cinta harus mampu menempatkannya. Karena cinta memiliki ruang tersendiri untuk memelihara dan menumbuhkannya. Namun masalahnya, terkadang cinta tumbuh dan lahir pada tempat yang salah. Cinta membuat ia kian terpenjara dalam rayuan syetan. Membawa hati dan jiwa bertekuk lutut pada bisikannya. Cinta itu telah ternoda oleh apa yang disebut racun syetan kepada manusia. Sehingga hakikat cinta jatuh pada apa yang tak seharusnya dicintai. Inilah yang akhirnya membuat sang pecinta jatuh ke lubang kemaksiatan. Ia menghampiri kemungkaran. Alasannya satu, karena sang pecinta tak mampu menjaga dan membentengi hati dari segala tipu daya syetan. Sang pecinta lemah karena tak ada perisai hati yang disebut keimanan dan ketakwaan. Ia rapuh karena sebuah kebodohan dan kemunafikan. Maka tak salah jika ia akhirnya jatuh dalam perangkap syetan yang mengatasnamakan cinta.

Maka sudah saatnya sahabatku, kita patut sadar dan mengetahui bahwa cinta tak selamanya seperti apa yang kau fikirkan. Bahkan cinta terkadang datang dengan sebuah kisah yang tak kau duga. Ia mampu merangkai kisah dalam kebenaran, namun ia juga mampu melukis kisah atas kemungkaran. Maka sebagai sang pecinta, tak seharusnya kau menjadikan ego sebagai temanmu. Tak seharusnya kau biarkan nafsu menjadi sahabatmu. Ada yang lebih pantas untuk kau sandingkan dengan cinta yang datang menemuimu. Ia adalah keimanan atas Tuhan yang telah menciptakanmu, Allah SWT…

Allahu’alambishshawwab…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun